Kelangkaan pembahasan mengenai praktik CSR, membuat tiga pihak utama yang
berkepentingan terhadap praktek CSR yaitu swasta, pemerintah dan masyarakat
masih memiliki pemahaman yang beragam. Maka dari itu, pembahasan di dalam
acara CSR Wisdom merupakan upaya meningkatkan pemahaman publik akan CSR,
terutama kepada generasi muda untuk memiliki pemahaman yang mendalam akan besar
dan kompleksnya makna CSR tersebut.
Program CSR Wisdom, diprakarsai oleh
Indonesia Business Links (IBL) dan SmartFM, telah mengudara setiap hari rabu sejak
tanggal 16 maret 2011, dengan menghadirkan narasumber dari pihak pelaku CSR
(perusahaan), ahli-ahli CSR atau bidang terkait, dan pemuda/pemudi tokoh yg
memiliki komitmen dan capaian-capaian luar biasa utk kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan hidup.
Definisi CSR menurut World
Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari
bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini menjadi isu
sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang terhormat.
Karena kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait kian merespon wacana ini,
tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.
Bencana adalah
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, disebabkan oleh faktor
alam maupun manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa dan harta
benda. Selama ini tindakan usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh
Pemerintah untuk resiko bencana belum optimal. Akibatnya pada saat terjadi
bencana, masyarakat belum mampu untuk menangani sendiri. Kenyataan ini
dikarenakan masyarakat daerah rawan bencana tidak mempunyai bekal pengetahuan
terhadap penanganan bencana.
Indonesia adalah
Negara yang akrab dengan kejadian-kejadian bencana. Tahun 2011 yang lalu, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.545 kejadian bencana, 940
meninggal, 294.125 orang yang terkena dan mengungsi, 14.925 rumah rusak besar,
3.300 rumah rusak sedang, 36.676 rusak ringan, 153.598 rumah terendam, 114
sarana kesehatan rusak, 445 sarana ibadah rusak, dan 513 sarana pendidikan.
Banjir terjadi 414 kali, 172 orang meninggal, 249.067 orang mengungsi, merusak
35.136 rumah, 55% dari total rumah yang rusak akibat bencana, merusak 46 sarana
kesehatan, 180 sarana peribadatan rusak, dan 260 sarana pendidikan rusak.
Setelah adanya UU no. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ada banyak
kemajuan dalam penganggulangan bencana yang terjadi, mulai dari pembentukan
badan penanggulangan bencana yang permanen, adanya program-program, dan alokasi
anggaran yang berarti untuk penanggulangan bencana pra-saat dan pasca bencana.
Penanggulangan
bencana bukan hanya tanggung jawab Pemerintah saja, tetapi semua lapisan
masyarakat dapat ikut berperan dalam mengurangi resiko bencana ini, tidak
terkecuali sektor swasta. Keterlibatan sektor swasta dalam pengurangan resiko
bencana dapat diidentifikasi terutama pada saat tanggap darurat. Beberapa
perusahaan secara sadar menggalang upaya kesetiakawanan sosial untuk mengurangi
penderitaan para penyintas bencana yang kerap terjadi di Indonesia melalui
program CSR perusahaan mereka.
Sekilas Tentang Indonesia Business Links (IBL) :
Indonesia
Business Links (IBL) adalah lembaga nirlaba yang selama 10 tahun terakhir
menggalakkan CSR di kalangan swasta di Indonesia, serta telah menjadi pusat
kajian dan nara sumber tentang CSR di Indonesia. IBL didukung oleh lebih dari
55 mitra utama korporasi dan mitra2 organisasi nasional dan internasional,
sekaligus merupakan salah satu pendiri ASEAN CSR Network. Di tahun 2005,
menerima penghargaan international dari AIM RVR Centre for CSR – Philippines
sbg pencetus dan penggalang CSR.
-------------------------------------------
(anton/rat/forum prb api dki)
foto : tim BPBD DKI JKT
foto : tim BPBD DKI JKT