ALAMAT :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com
, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sabtu, 17 Mei 2014

USMAN FIDAUS, PENDIRI KOMUNITAS MAT PECI : MENGAJAK WARGA UNTUK PEDULI DAN CINTA KALI CILIWUNG



MENDENGAR - Nama Mat Peci, seolah kita diingatkan akan sosok tokoh jagoan yang berkonogatif negatif tempo dulu, dan cukup melegendaris ditengah-tengah masryarakat kita, khususnya masyarakat Pasundan (Jawa Barat) maupun Betawi (Jakarta). Bahkan dalam cacatan kepolisian dan sejarah kriminalitas di tanah air, nama Mat Peci, disejajarkan dengan nama-nama jagoan tempo dulu lainya, seperti Kusni Kadut, Mat Pelor, bahkan Johny Indo, ketika masih jaya-jayanya dulu.


Namun Mat Peci yang satu ini adalah lain, Mat Peci adalah singkatan dari Masyarakat Peduli Ciliwung. Merupakan Komunitas Lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS)  Ciliwung, atau komunitas sekelompok warga, yang selama ini memiliki komitmen untuk memberikan perhatian terhadap Kali Ciliwung, melalui berbagai program kegiatannya.

Komunitas Mat Peci, berada di sepanjang jalur Kali Ciliwung, dan sekertariat untuk berbagai kegiatannya, berada di Kelurahan Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, tepatnya di belakang Carefur MT Haryono, disini ada sekertariat yang mereka namakan Mat Peci Green
Camp.

Dan untuk menuju lokasi Mat Peci Green Camp sendiri tidaklah sulit, dari arah Cawang, belok ke kiri masuk jalan sebelum Carefur MT Haryono, kira-kira lima ratus meter, tepat di belakang Carefur MT Haryono.


Suasana yang asri, sejuk dengan bermacam pepohonan, seolah-olah kita sedang berada di suatu perkampungan, terpencil jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Hal ini sangat kontras dengan area depan di sepanjang Jl.MT Haryono, yang selalu padat dengan asap kendaraan bermotor.  Suasana semakin menarik ketika, tuan rumah menyajikan makan   ubi rebus, pisang rebu dan , kacang rebus, ditambah Bir Pletok, minuman khas Betawi yang terasa hangat.  Makanya tidak heran kalau banyak warga yang memanfaatkan area sekitar Mat Peci Green Camp untuk sekedar berteduh, melepas lelah.



Adalah Usman Firdaus, salah satu tokoh sekaligus pendiri komunitas Mat Peci, siang itu, Jumát (16/05), tampak sibuk, karena ada tiga rombongan tamu, yang pertama rombongan dari Tim Peneliti Pusat Lingkungan UGM, dan yang kedua Tim Peneliti Lingkungan dari LIPI, sedangkan yang ketiga adalah rekan-rekan dari Forum PPRB API Prov. DKI Jakarta, yang memang sudah dijadwalkan akan mengadakan rapat di Mat Peci Green Camp tersebut.


Menurut Usman Firdaus, keberadaan Mat Peci berdiri sekitar tahun 2009, dan nama Mat Peci sendiri mengambil filosofi karena sebagian besar anggota komunitas pada awalnya waga asli Betawi.


“Kegiatan awalnya Komunitas Mat peci, merupakan kelompok tani Cikoko Hijau Lestari. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan memberikan perhatian untuk Kali Ciliwung ini,”Jelas Usman Firdaus.


Sekitar tahun 2006, diakui Usman Firdaus dari Komunitas Mat Peci, kondisi Kali Ciliwung masih relative bersih. Pasca banjir tahun 2007, kondisinya mulai berubah, rupanya banjir selain menggenangi berbagai kawasan disekitar DAS Kali Ciliwung, juga membawah tumpukan sampah dimana-mana, disepanjang Kali Ciliwung, kondisi seperti ini menimbulkan persoalan baru bagi lingkungan.


Diakui Usman, banyak suka dan dukanya sejak awal, ia berkiprah di Komunitas Mat Peci. Tidak sebatas cibiran dan cacian semata, bahkan sampai ancaman fisikpun pernah dialaminya. Kondisi ini dijalaninya dengan sabar dan tekun, melalui program kegiatan yang nyata dan bisa dirasakan langsung oleh warga. Secara lambat laun wargapun semakin pahan dan banyak pihak yang menaruh perhatian keberadaan Komunitas Mat Peci. Saat ini Komunitas Mat Peci sudah memiliki perwakilan yang ada di Kota Depok, tepatnya di Kelurahan kemiri Muka, dengan fokus utama budidaya bambu, karena yang masih banyak disana. Diakui Usman, dari 13 sungai dan 128 aliran yang ada di wilayah DKI Jakarta, masing-masing ada kader-kader yang membentuk komunitas seperti Mat Peci ini.


Tantangan terbesar yang dirasakan Usman Firdaus dan kawan-kawanya di Komunitas Mat Peci sampai saat ini, adalah bagaimana memberikan pemahaman dan kesadaran kepada warga masrayarakat untuk tidak membuang sampah ke Kali Ciliwung secara sembarangan. Berbagai program dan kegiatan terus dilakukan oleh Komunitas Mat Peci dengan dukungan berbagai pihak untuk memberikan pemahaman dan menumbuhkan kesadaran  masyarakat, tanpa mengenal lelah.


“Diakui Usman, dirinya masih sering melihat dengan mata kepala sendiri, dengan seenaknya seorang warga melemparkan sekantong plastik yang berisi sampah ke Kali Ciliwung dari mobil mewahnya, tanpa merasa berdosa,”papar Usman sembari berkaca-kaca, membayangkan bagaimana kawan-kawanya di Komunitas Ciliwung bersusah payah, membersihkan tumpukan sampah setiap hari.


Kondisi seperti ini perlu kesabaran, lanjut Usman Firdaus, Karena ini terkait dengan perilaku dan budaya, untuk merubahnya perlu waktu, dan dukungan dari semua pihak, yang terpenting jangan mengenal lelah untuk terus memberikan kesadaran kepada semua lapisan warga masyarakat.


Saat ini Komunitas Mat Peci memiliki beberapa divisi program kerja, antara lain ; Konservasi Alam, Olah dan Pilah Sampah Jadi Berkah, Pertanian Perkotaan, Seni dan Budaya, Mat Peci Rescue dan Penanggulangan Bencana (PB), serta Pemberdayaan Masyarakat.


Beberapa program kegiatan, telah menghasilkan berbagai produk yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh warga yang ada di Komuitas Mat Peci. Disamping itu, beberapa lembaga juga telah memberikan kepercayaan kepada Komunitas Mat Peci untuk menjalankan program kegiatan melalui kerjasama dalam bentuk CSR, dan kerjasama lainya. Sementara dari instansi pemerintah khususnya  dari Dinas Kebersihan, Komunitas Mat Peci dipercaya untuk menjadi tenaga kebersihan. Saat ini sedikitnya 90 orang dari Komunitas Mat Peci, menjadi petugas kebersihan di sepanjang Kali Ciliwung, mulai dari Kalibata sampai dengan Depok, dengan upah yang  layak, sesuai dengan aturan yang ada.


Beberapa program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat, Komunitas Mat Peci antara lain, tanggal 25 Mei 2014, Green Smail, Bersih-Bersih Ciliwung. Dan ada rencana dalam waktu dekat untuk kegiatan arung malam. Pada bulan Juni sekitar tanggal 21-22 akan ada Parade genthek, sekaligus dalam rangka peringatan HUT Prov.DKI Jakarta dan hari Bumi.


Sementara itu, Ketua Forum Pengurangan Resiko Bencana dan Adapatasi Perubahan Iklim (F-PRB API) prov. DKI Jakarta, Anton Agus Haryanta sangat mengapresiasi keberadaan Komunitas Mat Peci ini. Forum PRD DKI Jakarta akan terus menginventarisir dan merangkul keberadaan komunitas yang berbasis kearifan lokal seperti Komunitas Mat Peci ini. Tinggal mensinergikan antara program kerja yang sudah ada di Komunitas Mat Peci dengan program kerja Forum PRB API DKI Jakarta.

“Ïni adalah potensi dan aset yang luar biasa tidak saja bagi warga masyarakat sekitar, tetpi juga bagi Pemprov. DKI Jakarta. Ternyata banyak potensi dengan kearifan lokal seperti ini yang justru, program kegiatananya, bisa dirasakan langsung ditengah-tengah warga masyarakat,”jelas Anton.


------------------------------------------------------
Peliput : ratman/Pusdalops BPBD DKI Jkt
Sumber Foto : ratman

WAGUB KUKUHKAN FORUM PRB API DKI JAKARTA

Bertempat di Balai Agung, Balaikota DKI Jakarta, Kamis (08 Mei 2014), Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahya Purnama, mengukuhkan pengurus Forum Pengurangan Resiko Bencana dan Adapatasi Perubahan Iklim (F-PRB API) DKI Jakarta.

Selain Wagub DKI Jakarta, hadir pula dalam acara tersebut, para penggiatan dan pemerhati kebencanaan dan perubahan iklim dari berbagai lembaga baik nasional maupun internasonal, para pejabat di lingkungan Pemprov. DKI Jakarta, unsur TNI, Polri, dan Lembaga-Lembaga yang selama ini konsen dalam hal kebencanaan dan perubahan iklim, serta para tamu undangan lainnya.

Dalam kata sambutanya Wagub menegaskan, sangat mengapresiasi keberadaan forum PRB API DKI Jakarta. Lebih lanjut Wagub mengatakan, bahwa keberadaan forum ini sangat strategis. “Ini adalah forum yang terdiri dari lembaga-lembaga yang selama ini  telah banyak membantu kegiatan terkait kebencanaan di DKI Jakarta.
Harapan Wagub dengan pengukuhan kepengurusan ini, dapat menjadi tonggak permulaan bersama untuk menciptakan Jakarta yang lebih bermartabat dalam menurunkan kerentanan masyarakat Jakarta, menuju masyarakat yang tangguh dalam menghadapi resiko bencana. Disisi lain Wagub juga menegaskan, agar semua pihak dan komponen masyarakat baik dari sektor pemerintah, pengusaha maupun organisasi masyarakat dapat bahu membahu membangun dan bersinergis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama melalui Forum PRB-API ini, selaras dengan kebijakan pembangunan nasional maupun daerah.

Sementara itu Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Bambang Musyahwardana menegaskan bahwa Forum ini merupakan forum multipihak yang melibatkan pemerintah, organisasi non pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, dan para pemangku kepentingan lainnya. Dimana tujuan pemebentukan forum ini, antara lain untuk mengembangkan jejaring kerjasama efektif pemangku kepentingan dalam kegiatan pengurangan resiko bencana dan adapatasi perubahan iklim di Provinsi DKI Jakarta. Mengarus utamakan pengurangan resiko bencana dan adapatasi perubahan iklim secara partisipatif dalam perencanaan, kebijakan dan program-program pembangunan di Provinsi DKI Jakarta.

“Dari berbagai pengalaman respon saat dan pasca bencana banyak sekali pelaku penanggulangan bencana (PB) yang terlibat. Hal itu memunculkan banyak permasalahan, seperti koordinasi, komunikasi, tumpang tindih data, dan lain-lain. Oleh karena itu penting adanya kerja-kerja sebelum terjadinya bencana dan pengurangan resiko bencana (PRB), membangun kesepahaman dan komitmen tentang PRB serta membentuk Forum PRB,”jelas Kepala Pelaksana BPBD Prov.DKI Jakarta.

Seperti kita ketahui bahwa Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia memiliki permasalahan kebencanaan yang komplek. Dengan luas 661,52 km2, 40% atau 24.000 hektar merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air laut.

Sebagai tempat pertemuan 13 sungai dari bagian selatan dengan curah hujan yang sangat tinggi, kondisi ini memposisikan wilayah DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Sejak tahun 1621, 1654, 1918 Provinsi DKI Jakarta telah dilanda banjir besar. Banjir besar selanjutnya terjadi pada tahun 1976, 1996. 2002, dan terakhir Februari 2013. Banjir tahun 1996 menggenangi hampir seluruh penjuru kota. Kejadian ini, menjadi tragedy nasional dan mendapat perhatian dunia. Banjir tahun 2007 dan 2013 juga memiliki cakupan wilayah genangan lebih luas dari yang diperkirakan. Sementara banjir bulan Januari 2013 menyebabkan kerugian dan kerusakan mencapai Rp.7,8 trilyun.

Risiko bencana banjir di DKI Jakarta sangat dipengaruhi oleh ancaman bencana, kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi ancaman yang ada. Dampak perubahan iklim yang saat ini ada , secara signifikan juga mempengaruhi tingkat resiko bencana.

Hasil kajian Economy And Environment Program For Southeast Asia (EEPSEA) menyebutkan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Dari 530 kota di 7 negara, Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia dan Filipina, Indonesia merupakan Negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.


------------------------------------------
by : ratman
Foto : tim pusdalops BPBD DKI Jkt

Rabu, 07 Mei 2014

MISI dan VISI :



Visi Forum PRB-API : Terwujudnya Ketangguhan Masyarakat DKI Jakarta Dalam Menghadapi Risiko Bencana dan Dampak Perubahan Iklim

Misi Forum PRB-API, antara lain sebagai berikut :
1.         Mendorong terwujudnya lingkungan yang mendukung pengembangan budaya adaptif dan pengurangan risiko bencana melalui upaya kampanye, advokasi dan peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan.
2.         Mendorong pengembangan kajian yang relevan untuk memperkuat perencanaan, kebijakan dan implementasi kegiatan Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.
3.         Mendorong penggunaan berbagai perspektif dan aksi yang bersifat multi sektor dan multi disiplin ilmu.
4.         Memfasilitasi mobilisasi sumber daya dan kapasitas pemangku kepentingan lokal, lembaga-lembaga nasional, regional dan internasional yang relevan.

Tujuan pembentukan Forum PRB-API :
1.     Mengembangkan jejaring kerjasama efektif pemangku kepentingan dalam kegiatan Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim di Provinsi DKI Jakarta.
2.     Mengarus utamakan Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim secara partisipatif dalam perencanaan, kebijakan, dan program-program pembangunan di Provinsi DKI Jakarta.

Kegiatan Forum PRB-API :
1.     Mendorong dan mengembangkan integrasi pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim,
2.     Mendokumentasikan pengalaman, petikan pembelajaran dan praktek terbaik PRB dan API,
3.     Mengidentifikasi kecenderungan, kesenjangan, permasalahan dan tantangan serta bidang prioritas pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim,
4.     Meningkatkan kapasitas para pihak dan pemangku kepentingan dalam analisa sistem pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim serta kebijakan pemerintah daerah yang terkait secara menyeluruh,
5.     Mendorong proses penyusunan kebijakan peraturan perundangan yang berperspektif pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim,
6.     Memantau, mencatat dan melaporkan aksi-aksi di daerah sejalan dengan kerangka kerja aksi pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim yang disepakati,
7.     Berperan dalam kegiatan pendidikan pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim, serta peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat.

Proses Pembentukan Forum :
a)    Prakarsa awal pembentukan forum PRB difasilitasi oleh UN-OCHA dan BPBD DKI Jakarta pada awal tahun 2013 pasca tanggap darurat banjir di Jakarta bulan Januari 2013. Pertemuan awal tersebut dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2013 dihadiri 169 orang yang terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Tindak lanjut dari pertemuan awal tersebut disepakati untuk membentuk wadah organisasi dengan nama “Forum Sadar Bencana”, dimana wadah tersebut bertujuan untuk meningkatkan jejaring komunikasi dan koordinasi para pemangku kepentingan dalam rangka merespon ancaman bencana di Provinsi DKI Jakarta.

b)   Pertemuan selanjutnya difasilitasi oleh Mercy Corps sejak bulan Maret 2013, bekerjasama dengan BPBD DKI Jakarta. Pertemuan serial dilaksanakan secara intensif pada kurun waktu bulan Maret s/d bulan Juli 2013. Para pihak yang aktif dalam agenda tersebut diantaranya Mercy Corps, WVI, Pusat Krisis UI, LPBI-NU, MPBI, HFI, Planas, Childfund, PMI, RJT, Dompet Dhuafa, Marga Sejahtera, Jakarta Rescue, Universitas Pertahanan, BPBD DKI Jakarta. Keluaran kegiatan tersebut adalah disepakati tahapan pembentukan forum, maksud dan tujuan, serta draft statuta sebagai langkah awal melakukan internalisasi kepada para pemangku kepentingan.

c)    Pada bulan Agustus s/d Desember 2013, para inisiator terlibat aktif bekerjasama dengan BPBD Provinsi DKI Jakarta dalam persiapan dan pelaksanaan penyusunan rencana kontinjensi di 56 kelurahan. Keluaran dari kegiatan tersebut, para pihak yang terkait sepakat membentuk wadah dengan nama “Jangkar Persada”, dengan tujuan meningkatkan jejaring kerjasama dalam pengurangan risiko bencana di tingkat komunitas.

d)   Pada saat banjir melanda Jakarta pada bulan Januari 2014 dan statusnya ditetapkan menjadi “siaga darurat banjir”, Jangkar Persada berinisiatif mengaktifkan kembali proses pembentukan Forum PRB. BPBD DKI Jakarta memfasilitasi pertemuan awal yang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2014 melibatkan sekitar 45 perwakilan dari institusi pemerintah, akademisi, dunia usaha, LSM tingkat nasional dan internasional.

e)   Setelah dilakukan pertemuan serial secara intensif dengan para pemangku kepentingan, BPBD DKI Jakarta menyelenggarakan sosialisasi visi, missi dan tujuan pembentukan Forum PRB pada tanggal 28 Maret 2014. bertempat di kantor UN-OCHA, Menara Thamrin lantai 7, Jln MH. Thamrin No 3, Jakarta Pusat.

Kegiatan tersebut difasilitasi oleh Platform Nasional (Planas), bekerjasama dengan UN-OCHA. Acara tersebut dihadiri 88 perwakilan dari intitusi pemerintah, akademisi, masyarakat dan dunia usaha. Tema yang ditetapkan dalam pertemuan tersebut adalah “Bersama Mewujudkan Jakarta yang Tangguh dan Adaptif”.

TERBENTUKNYA FORUM PRB-API PROVINSI DKI JAKARTA SEBAGAI WADAH PARTISIPASI PEMERINTAH, MASYRAKAT DAN DUNIA USAHA DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA



Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota Negara Indonesia memiliki permasalahan kebencanaan yang komplek. Dengan luas 661,52 km2, 40% atau 24.000 hektar merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata di bawah permukaan air laut.

Sebagai tempat pertemuan 13 sungai dari bagian selatan dengan curah hujan yang sangat tinggi, kondisi ini memposisikan wilayah DKI Jakarta memiliki kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Sejak tahun 1621, 1654, 1918 Provinsi DKI Jakarta telah dilanda banjir besar. Banjir besar selanjutnya terjadi pada tahun 1976, 1996. 2002, dan terakhir Februari 2013. Banjir tahun 1996 menggenangi hampir seluruh penjuru kota. Kejadian ini, menjadi tragedy nasional dan mendapat perhatian dunia. Banjir tahun 2007 dan 2013 juga memiliki cakupan wilayah genangan lebih luas dari yang diperkirakan. Sementara banjir bulan Januari 2013 menyebabkan kerugian dan kerusakan mencapai Rp.7,8 trilyun.

Risiko bencana banjir di DKI Jakarta sangat dipengaruhi oleh ancaman bencana, kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi ancaman yang ada. Dampak perubahan iklim yang saat ini ada , secara signifikan juga mempengaruhi tingkat resiko bencana. Hasil kajian Economy And Environment Program For Southeast Asia (EEPSEA) menyebutkan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Dari 530 kota di 7 negara, Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia dan Filipina, Indonesia merupakan Negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Kondisi ini perlu disikapi secara sinergis dan menempatkan pengurangan resiko bencana sebagai landasan berpikir. Kompleksnya bencana di DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, megapolitan maupun pusat pertumbuhan dan pembangunan, membutuhkan sebuah perencanaan yang sifatnya terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh. Atas dasar itulah maka dibentuklah forum Pengurangan Resiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim di Provinsi DKI Jakarta. Forum ini disebut dengan Forum PRB – API Provinsi DKI menjadi kekuatan untuk mendorong dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan maupun mendorong perubahan perilaku warga.

Keberadaan Forum PRB – API di Provinsi DKI sangat diapresiasi oleh Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Harapan Wagub dengan pengukuhan sejumlah kepengurusan ini, semoga dengan dikukuhkannya kepengurusan ini dapat menjadi tonggak permulaan bersama untuk menciptakan Jakarta yang lebih bermartabad dalam menurunkan kerentanan masyarakat Jakarta, menuju masyarakat yang tangguh dalam menghadapi resiko bencana. Disisi lain Wagub juga menegaskan, agar semua pihak dan komponen masyarakat baik dari sektor pemerintah, pengusaha maupun organisasi masyarakat dapat bahu membahu membangun dan bersinergis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama melalui Forum PRB-API ini, selaras dengan kebijakan pembangunan nasional maupun daerah.

Awal pembentukan forum PRB difasilitasi oleh UN-OCHA dan BPBD DKI Jakarta pada awal tahun 2013 pasca tanggap darurat banjir di Jakarta bulan Januari 2013. Pertemuan awal tersebut dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 2013 dihadiri 169 orang yang terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Tindak lanjut dari pertemuan awal tersebut disepakati untuk membentuk wadah organisasi dengan nama “Forum Sadar Bencana”. Pertemuan selanjutnya difasilitasi oleh Mercy Corps sejak bulan Maret 2013, bekerjasama dengan BPBD DKI Jakarta lalu dilanjutkan dengan pertemuan serial dari kurun waktu bulan Maret s/d bulan Juli 2013. Para pihak yang aktif dalam agenda tersebut diantaranya Mercy Corps, WVI, Pusat Krisis UI, LPBI-NU, MPBI, HFI, Planas, Childfund, PMI, RJT, Dompet Dhuafa, Marga Sejahtera, Jakarta Rescue, Universitas Pertahanan, BPBD DKI Jakarta.

Sementara itu, Ketua Forum PRB API DKI Jakarta, Anton Agus Haryatna, mengatakan Forum PRB merupakan forum multipihak yang melibatkan pemerintah, organisasi non pemerintah, sektor swasta, perguruan tinggi, dan para pemangku kepentingan lainnya. Mengingat pentingnya membangun pengetahuan dan kapasitas dalam pengurangan resiko bencana di daerah, serta keterbatasan Planas PRB dalam menjangkau luasnya wilayah di Indonesia dan upaya untuk membangun tata kelola yang lebih baik maka pelibatan komponen-komponen daerah menjadi sebuah keharusan. Dari berbagai pengalaman respon saat dan pasca bencana banyak sekali pelaku penanggulangan bencana (PB) yang terlibat. Hal itu memunculkan banyak permasalahan, seperti koordinasi, komunikasi, tumpang tindih data, dan lain-lain. Oleh karena itu penting adanya kerja-kerja sebelum terjadinya bencana dan pengurangan resiko bencana (PRB), membangun kesepahaman dan komitmen tentang PRB serta membentuk Forum PRB.

Forum harus mempunyai motto “Filling the gap and fix the system” (mengisi/menutup kesenjangan yang ada dan mengembangkan system yang sudah berjalan dengan baik).



Jakarta, 07 Mei 2014


FORUM PRB – API PROVINSI DKI JAKARTA
Sekretariat : d/a PUSDALOPS BPBD DKI Jakarta, Balaikota DKI Jakarta, Blok F, Lantai 3
Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat
Telp/Fax (021) 352 1623, HP. HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945,  
Blog : www.forum-prbdki.blogspot.com