ALAMAT :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com
, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Senin, 29 September 2014

FOTO-FOTO KEGIATAN DI CITARIK,SUKABUMI

Rekan-rekan dari Menwa Jayakarta









Peserta workshop serius mengerjakan tugas









Tetap Semangat..

FOTO-FOTO KEGIATAN DI CITARIK,SUKABUMI

Ketua Forum PRB API DKI Jakarta sedang memberikan paparan dalam workshop perubahan iklim yang diadakan di Citarik-Sukabumi, Rabu, (24/09)


















Ibu Yuni dari Global Rescue Network (GRN) sedang memberikan paparan seputar penggunaan perahu karet pada arus liar.





Bang Ardie, dari DNPI, tidak mau kalah, ambil bagian memberikan arahan kepada para peserta work shop.

FOTO-FOTO KEGIATAN KERJASAMA FORUM PRB-API DKI JAKARTA & DNPI

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Bambang Musyawardana, saat membuka kegiatan
 yang diadakan atas dukungan dan kerjasama Forum Pengurangan Resiko Bencana dan Adapatasi Perubahan Iklim (PRB-API) DKI Jakarta dengan Dewan nasional Perubahan Iklim (DNPI), workshop dan pelatihan bagi anggota forum agar terbentuk landasan berpikir dan kekuatan untuk mengintegrasikan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan maupun mendorong perubahan perilaku warga, terkait isu-isu perubahan iklim, yang diadakan di Hotal Sari Pan Pasific, Selasa (22/09/2014).

Viktor Rembet, salah satu narasumber pada acara workshop tersebut sedang memaparkan berbagai hal terkait isu-isu perubahan iklim.










Arie Muhammad, dari DNPI sedang memberikan kata sambutan terkait kegiatan Forum PRB API DKI Jakarta dan DNPI.

Kerjasama Forum PRB-API DKI dan Dewan Nasional Perubahan Iklim dalam Peningkatan Kapasitas para Pemangku Kepentingan Forum

Jakarta, 25 September 2014 (Forum PRB-API DKI Jakarta) -- Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Adaptasi Perubahan Iklim (API) merupakan upaya menyatukan keduanya sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan muncul lebih dikarenakan isu atau disiplin keilmuan yang membidangi keduanya. PRB maupun API menempatkan manusia mampu mengurangi risiko yang diakibatkan oleh ancaman bencana maupun dampak buruk perubahan iklim.

Saat ini pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang merumuskan pendekatan dan strategi pengurangan risiko bencana yang diakibatkan oleh iklim (hidrometeorologis). Bersama Kementerian dan lembaga terkait khususnya yang membidangi isu adaptasi perubahan iklim, harmonisasi kebijakan, konsep dan metodologi menjadi prioritas kegiatan untuk mendukung implementasi di tingkat lapangan. Bekerja sama dengan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dapat diperoleh pemahaman dan kemampuan dalam PRB dan API.

Workshop dan pelatihan ini diperlukan bagi anggota forum agar terbentuk landasan berpikir dan kekuatan untuk mengintegrasikan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan maupun mendorong perubahan perilaku warga. Dewan Nasional Peruahan Iklim (DNPI) sejak 5 tahun terakhir telah mewacanakan dan menggiatkan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran isu adaptasi perubahan iklim (API) sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana (PRB).

Dasar pemikiran kegiatan ini adalah bahwa sinergisitas antara PRB dan API akan meningkatkan kesadaran dan pemahaman serta mendorong dialog, pertukaran informasi dan kerja sama dengan para ahli dan praktisi, institusi penanggung jawab, pembuat kebijakan, lembaga lainnya yang peduli terhadap kebencanaan, khususnya yang diakibatkan oleh perubahan iklim.

DKI Jakarta memiliki risiko ancaman bencana banjir, kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi ancaman yang ada. Sebagai tempat pertemuan 13 sungai dan curah hujan yang tinggi, kondisi ini memposisikan wilayah kerawanan yang tinggi terhadap banjir.  Tercatat sejak tahun 1621, 1654 dan 1918 pernah terjadi banjir besar di Jakarta.  Selanjutnya terjadi pada tahun 1976, 1996, 2002 dan satu yang menjadi tragedy nasional dan mendapat perhatian dunia yaitu banjir tahun 2007 dan 2013, karena wilayah genangannya lebih luas dari sebelumnya dan diperkirakan kerugiannya mencapai Rp. 7,8 trilyun.

Dampak perubahan iklim yang saat ini ada secara signifikan juga mempengaruhi tingkat risiko bencana.  Hasil kajian EEPSEA menyebutkan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Dari 530 kota di 7 negara (Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia dan Filipina), Indonesia merupakan Negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan narasumber Jonathan Victor Rembeth, Yon Sugiarto, Ferdhinand, Imron dan Ari Muhammad. Workshop yang diadakan 23 September 2014 di Hotel Sari Pan Pasifik akan dibuka oleh Basuki Tjahaya Purnama.

Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan workshop dan pelatihan  adalah; 1. Pemahaman mengenai kerentanan Provinsi DKI Jakarta, adaptasi perubahan iklim khususnya pengertian mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, esensi integrasi API dan PRB,  Climate Regime dalam pembangunan serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan serta peran serta media massa dalam rangka mengintegrasikan API-PRB.  2, Mengetahui bentuk dan cara penggunaan informasi kerentanan perubahan iklim kepada anggota Forum PRB-API Provinsi DKI Jakarta. 3. adanya rekomendasi rencana strategis Forum PRB-API DKI untuk integrasi API-PRB. 4, Terbangunnya tim building Forum PRB-API yang tanggap, tangkas dan tangguh.

Forum PRB-API DKI sendiri baru dikukuhkan pada tanggal 8 Mei 2014 ini, menjadi sinyal positif keberpihakan dan dukungan pemerintah terhadap persoalan pengurangan risiko bencana serta dampak dan ancaman perubahan iklim. Dengan 60 orang anggota yang merupakan gabungan dari lembaga pemerintah, NGO dan swasta. Sementara visinya adalah “Terwujudnya ketangguhan masyarakat DKI Jakarta dalam menghadapi risiko bencana dan dampak perubahan iklim”  Sebagai catatan penting, Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki permasalahan dan potensi bencana yang beragam.

Data BPBD DKI Jakarta ada 9 jenis ancaman bencana di Jakarta, diantaranya gempa bumi, banjir (luapan sungai dan pasang laut), kebakaran, wabah penyakit, puting beliung, konflik social antar kelompok, pencemaran lingkungan, cuaca ektrim dan kegagalan teknologi. Sementara  40% wilayah DKI Jakarta permukaan tanahnya dibawah permukaan air laut dan tingkat penurunan tanah 5-26cm/tahun. Selain itu, DKI Jakarta menjadi tempat pertemuan 13 sungai dengan curah hujan yang tinggi.(GR)


---------------------------
Catatan : (telah dimuat ) di :
www.antaranews.com
www.parahyangan-post.com
www.indoleader.com
www.pjminews.com


(ratman/prbapidki)

Jumat, 29 Agustus 2014

Keterlibatan Sektor Swasta dalam Manajemen Pengurangan Resiko Bencana

FORUM PRB API DKI (Selasa,26-08-2014) ; Indonesia Business Link bekerjasama dengan Radio Smart FM, mengadakan talk show terkait dengan CSR Wisdom. Sebagai narasumber dalam talk show tersebut, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Bambang Musyawradana, Ketua Forum PRB API DKI, Anton Agus Haryanta, Faizal Jalal dari MPBI, acara di pandu/moderatori oleh Yanti Triwadiantini, Direktur Eksekutif  Indonesia Business Links, dan host ; Willy Daniel dari Smart FM.

CSR atau Corporate Social Responsibility 
adalah cara/strategi berbisnis yang tidak semata mengedepankan keuntungan ekonomi (profit) semata, namun memastikan keberlanjutan pertumbuhan bisnis dengan menyeimbangkan peran perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat (people) dan perlindungan lingkungan hidup (planet) didasari pada prinsip bisnis yang beretika.

Kelangkaan pembahasan mengenai praktik CSR, membuat tiga pihak utama yang berkepentingan terhadap praktek CSR yaitu swasta, pemerintah dan masyarakat masih memiliki pemahaman yang beragam.  Maka dari itu, pembahasan di dalam
acara CSR Wisdom merupakan upaya meningkatkan pemahaman publik akan CSR, terutama kepada generasi muda untuk memiliki pemahaman yang mendalam akan besar dan kompleksnya makna CSR tersebut.

Program CSR Wisdom, diprakarsai oleh Indonesia Business Links (IBL) dan SmartFM, telah mengudara setiap hari rabu sejak tanggal 16 maret 2011, dengan menghadirkan narasumber dari pihak pelaku CSR (perusahaan), ahli-ahli CSR atau bidang terkait, dan pemuda/pemudi tokoh yg memiliki komitmen dan capaian-capaian luar biasa utk kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup.

Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang terhormat. Karena kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait kian merespon wacana ini, tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.

Bencana adalah peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, disebabkan oleh faktor alam maupun manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa dan harta benda. Selama ini tindakan usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh Pemerintah untuk resiko bencana belum optimal. Akibatnya pada saat terjadi bencana, masyarakat belum mampu untuk menangani sendiri. Kenyataan ini dikarenakan masyarakat daerah rawan bencana tidak mempunyai bekal pengetahuan terhadap penanganan bencana.

Indonesia adalah Negara yang akrab dengan kejadian-kejadian bencana. Tahun 2011 yang lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.545 kejadian bencana, 940 meninggal, 294.125 orang yang terkena dan mengungsi, 14.925 rumah rusak besar, 3.300 rumah rusak sedang, 36.676 rusak ringan, 153.598 rumah terendam, 114 sarana kesehatan rusak, 445 sarana ibadah rusak, dan 513 sarana pendidikan. Banjir terjadi 414 kali, 172 orang meninggal, 249.067 orang mengungsi, merusak 35.136 rumah, 55% dari total rumah yang rusak akibat bencana, merusak 46 sarana kesehatan, 180 sarana peribadatan rusak, dan 260 sarana pendidikan rusak. Setelah adanya UU no. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ada banyak kemajuan dalam penganggulangan bencana yang terjadi, mulai dari pembentukan badan penanggulangan bencana yang permanen, adanya program-program, dan alokasi anggaran yang berarti untuk penanggulangan bencana pra-saat dan pasca bencana.


Penanggulangan bencana bukan hanya tanggung jawab Pemerintah saja, tetapi semua lapisan masyarakat dapat ikut berperan dalam mengurangi resiko bencana ini, tidak terkecuali sektor swasta. Keterlibatan sektor swasta dalam pengurangan resiko bencana dapat diidentifikasi terutama pada saat tanggap darurat. Beberapa perusahaan secara sadar menggalang upaya kesetiakawanan sosial untuk mengurangi penderitaan para penyintas bencana yang kerap terjadi di Indonesia melalui program CSR perusahaan mereka.

Sekilas Tentang Indonesia Business Links (IBL) :
Indonesia Business Links (IBL) adalah lembaga nirlaba yang selama 10 tahun terakhir menggalakkan CSR di kalangan swasta di Indonesia, serta telah menjadi pusat kajian dan nara sumber tentang CSR di Indonesia. IBL didukung oleh lebih dari 55 mitra utama korporasi dan mitra2 organisasi nasional dan internasional, sekaligus merupakan salah satu pendiri ASEAN CSR Network. Di tahun 2005, menerima penghargaan international dari AIM RVR Centre for CSR – Philippines sbg pencetus dan penggalang CSR.


-------------------------------------------
(anton/rat/forum prb api dki)
foto : tim BPBD DKI JKT




Kamis, 14 Agustus 2014

Siaga Banjir Jakarta, Mat Peci Susur dan Bebersih Ciliwung

Forum PRB API DKI -- Banjir bukan lagi menjadi bencana rutinitas 5 tahunan yang melanda Jakarta. Tak peduli musim, baik kemarau ataupun penghujan. Banjir kerap melanda Ibukota setiap kali hujan deras turun.
Banyak faktor yang menyebabkan banjir lagi-lagi terjadi, misalnya karena buruknya drainase atau sampah yang menumpuk di sungai atau saluran pembuangan yang dapat mengakibatkan meningkat-nya volume air sehingga ketika hujan datang, air hujan tidak mampu ditampung lagi.

Menyadari peran penting dari drainase dan kali sebagai salah satu saluran pembuangan, pada Rabu (13/08) Tim Rescue PKPU bersama PRB-API, Komunitas Matpeci dan Kwartir Nasional (Kwarnas) melakukan aksi susur dan bersih Sungai Ciliwung. Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 50 anggota komunitas Masyarakat Peduli Ciliwung (Mat PeCi) yang tergabung dengan PRB API tim rescue PKPU Pusat ini dalam rangka siaga banjir Jakarta.

Selain membersihkan sampah yang terdapat disepnjang kali Ciliwung,  juga diadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar Ciliwung tentang pentingnya kebersihan dan mengajak mereka untuk peduli sungai Ciliwung dengan tidak membuang sampah ke sungai.

Titik awal kegiatan dimulai dari Jembatan Kalibata sampai dengan jembatan Kampung Melayu. Menurut Usman selaku ketua komunitas Mat PeCi, kegiatan ini akan berlangsung selama seminggu yang dimulai pada hari ini. “Ada beberapa kendala yang dihadapi, yaitu salah satunya adalah kesadaran warga sekitar Ciliwung yang masih rendah akan kepedulian terhadap pentingnya kebersihan sungai, selain itu fasilitas pembuangan dan pengelolaan sampah di lokasi masyarakat sepanjang kaki Ciliwung juga masih kurang,” ujarnya.

sumber berita : (forum prb api dki/pkpu/sbb/dakwatuna/http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2014/08/pkpu-susur-ciliwung-320x180.jpg)



(ratman/prbapidki)

Jumat, 27 Juni 2014

Kemenporan Gelar Kemah Pemuda Relawan Indonesia



JAKARTA, Forum PRB API DKI ; Sebanyak 72 relawan dari 34 provinsi ikut ambil bagian dalam pelaksanaan Kemah Relawan yang digelar Asisten Deputi (Asdep) Kepeloporan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda di Bumi Perkemahan Cibubur, 23-26 Juni 2014.

Dalam arahannya pada upacara pembukaan, Asdep Kepeloporan Bandingan Daulay yang mewakili Deputi Bidang Pengembangan Pemuda, Sakhyan Asmara  menyatakan, Kemah Relawan yang baru pertama kalinya dilaksanakan bertujuan sebagai wadah berhimpun relawan muda dari seluruh
Indonesia. "Kemah Relawan ini akan ditindaklanjuti dengan pembentukan forum relawan Indonesia yang juga akan dibentuk di setiap provinsi dengan tujuan  untuk lebih menyatukan relawan dari seluruh Indonesia yang memang secara suka rela bekerja tanpa pamrih," kata Daulay.


"Satu hal yang  ingin dicapai dalam pelaksanaan Kemah Relawan adalah dalam rangka meningkatkan jatidiri relawan. Sebab rentetan bencana yang terus meningkat dalam negeri membuat para pemuda harus sanggup menjadi pelopor dalam menjadi relawan," sambung Daulay sembari meminta agar
usai pelaksanaan kemah agar semua peserta bisa terus menjalankan aktivitasnya sebagai relawan. Apalagi setelah terbentuknya forum pemuda relawan.


Hadir pula  Kabid Kepedulian, Fauziah Heliyanti, serta Kabid Kesukarelawan Safril yang sekaligus sebagai ketua panitia pelaksana, serta sejumlah Kasubid di lingkungan Asdep Kepeloporan.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Sakhyan Asmara pada Kamis (26/6) pagi menutup Kemah Pemuda Relawan Indonesia 2014
di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur, Jakarta Timur. Dalam sambutannya  Sakhyan menyatakan  senang dan bangga atas terlasananya Kemah Pemuda Relawan dengan baik dan lancar.


"Kita sangat membutuhkan tenaga sukarelawan dari unsur pemuda. Karena itu terima kasih atas kesediaan Anda semuanya untuk hadir dalam Kemah Pemuda Relawan ini.  Tentunya kita harapkan Anda semuanya menjadi pelopor di wilayah masing-masing. Pemuda relawan hendaknya menjadi sabuk kelapa di atas air. Tenggelam dan kembali mengapung, bukan seperti batu yang
tenggelam hingga ke dasar sungai tanpa bisa kembali mengapung," kata Sakhyan.


Para  nara sumber yang memberikan materi pelatihan para praktisi relawan dan dari media,  Mercy Rescue, Forum PRB API DKI Jakarta, Dewan Juri SCTV Award dan dari Komunitas Masyarakat Pecinta Kali Ciliwung (Mat Peci), Global Rescue Network, Direktur Relawan Australia untuk Indonesia. Dan tim medis Kemenpora yang dipimpin langsung dr Rora Asyulia dengan satu unit mobil ambulance, yang terus mengikuti seluruh kegiatan Kemah Pemuda
Relawan.


Dalam rangkaian kegiatan Kemah Pemuda Relawan Indonesia, juga diadakan kegiatan lapangan, mengarungi Sungai Ciliwung, sekaligus membersihkan sampah, pelatihan pengolahan limbah sampah, menjadi kompos dan barang-barang kerajinan, di Saung Mat Peci.

Terbentuk PRI

Pada hari terkahir kegiatan Kemah Pemuda Relawan Indonesia (Kamis,26/06), peserta sepakat
membentuk wadah/organisasi  yang diberi nama Pemuda Relawan Indonesia disingkat PRI. Kriteria untuk Pengurus Pusat Pemuda Relawan Indonesia (PRI), berusia 20 – 27 tahun, pendidikan minilam SLTA atau sederajat, berpengalaman dalam berorganisasi.


Hasil musyawarah dibentuk Tim Formatur untuk Dewan Pimpinan Pusat, sebagai berikut :

Penasehat :
Menteri Pemuda dan Olahraga RI
Sekretaris Menpora
Deputi Pengembangan Pemuda
Asisten Deputi Kepeloporan
Kepala Bidang Kesukarelawanan Pemuda

Pengarah :
Suhardi Suryadi
Dindin Sjafrudin, SAP
Usman Firdaus, S.Kom
Anton Agus Haryanta, SE

Pengurus :
Ketua Umum : Komarudin, S.Pd
Wakil Ketua Umum : Zamzami, S.Sos
Sekretaris Jendral : Siti Ridha Pratiwi, Amd.Ked
Wakil Sekjen : Sinta Dewinta
Bendahara Umum : Nina Nurmilah, S.Th.I
Departemen Komunikasi & Informasi : Ivan Sulaeman, Amd,Ak
Departemen Penelitian dan Pengembangan : Binar Bintang Putra Ananta
Departemen Kerjasama antar Lembaga : Rizky Firman Nugraha
Departemen Penanggulangan Bencana : Suryadi Haidir
Departemen Lingkungan Hidup : Chalid, SP

Memberikan mandat kepada pengurus harian untuk melengkapi kepengurusan lainya, sekurang-kurangnya 14 hari sejak ditetapkan. Hal-hal lain yang belum ditetapkan dalam keputusan ini akan ditetapkan dalam rapat pengurus harian.


---------------------------------------------------------------------
Tim Peliput : ratman/iin yusnita (F-PRB API DKI JKT)
data sumber tulisan tambahan : Kemenpora
Foto : ratman

(ratman/prbapidki)

Minggu, 22 Juni 2014

Membangun Ketangguhan Lembaga Usaha Dalam Kerangka Corporate Sustainibility


Aspem Prov DKI Jakarta Pada Saat Membuka Lokakarya (foto/rat)


Forum PRB API DKI JKT (19/06) ; Bretempat di Ruang Pola Gedung Blok G, Lantai 2, Balaikota DKI Jakarta, Kamis (19/06) Forum PRB API DKI Jakarta dengan dukungan Oxfam, menyelenggarakan lokakarya tentang peran sekor privat dalam pengurangan risiko bencana. Acara tersebut dibuka oleh Asisten Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, Mara Oloan Siregar.

Lokakarya tersebut diikuti oleh sejumlah kalangan lembaga pengusaha, perwakilan dari masing-masing SKPD Provinsi DKI Jakarta, TNI, Polri dan organisasi/komunitas serta aktivis kemanusiaan dan kebencanaan yang selam aini konsen pada kegiatan pengurangan reisiko bencana.


Dalam arah sambutannya, Asisten Pemerintah Setda Provinsi DKI Jakarta, mengaskan pentingnya lokakarya ini, untuk dapat menggali potensi-potensi yang ada di kalangan lembaga usaha. Sementara itu, Sekretaris BPBD Prov. DKI Jakarta, Marni Tunnip, mewakili Kepala Pelaksana, mendampingi Assisten Pemerintahan, membuka lokakarya tersebut.

Undang Undang No 24 Tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana mengamanatkan adanya paradigma baru dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Salah satunya adalah menekankan bahwa penanggulangan bencana pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua orang, setiap warga negara, dimana kewajiban masyarakat adalah berpartisipasi aktif untuk mengurangi risikonya bersama-sama dengan pemerintah dan dunia usaha.
Pada kenyataannya sudah cukup banyak pelaku penanggulangan bencana di DKI Jakarta, baik di tingkat pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat yang telah melakukan kerja-kerja kongkrit Penanggulangan Bencana. Upaya tersebut perlu terus didorong dan dikembangkan agar tercapai hasil optimal yang mengarah pada berkurangnya risiko bencana.
Agar upaya tersebut semakin optimal, pemangku kepentingan di DKI Jakarta telah membentuk sebuah Forum Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim (F PRB-API) yang dikukuhkan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tanggal 8 Mei 2014. Berdasarkan latar belakang tersebut, Forum PRB-API DKI Jakarta bekerja sama dengan Price Waterhouse Coopers Indonesia, Mercy Corps, BPBD DKI Jakarta dan Oxfam Indonesia bermaksud menyelenggarakan workshop dengan tema “membangun ketangguhan lembaga usaha dalam kerangka corporate sustainability”.

Oxfam Indonesia telah bekerja pada pengembangan kapasitas kemanusiaan melalui PRIME (Kesiapsiagaan, Respon, Pengaruh kebijakan, Model untuk Darurat) inisiatif yang kemudian menjadi dasar dari intervensi kemanusiaan saat ini untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat, serta membangun tangguh masyarakat.


Di Indonesia kerja-kerja kolaborasi untuk kesiapsiagaan dan response sifatnya masih dilakukan oleh setiap institusi yang belum terintegrasi terutama yang melibatkan pemerintah, private sector dan I/NGO.  Proses knowledge management untuk dapat dijadikan pembelajaran dan rekomendasi kerja bersama masih belum terdiseminasi dengan baik, sehingga kerja-kerja innovative belum diketahui banyak pihak.  Misalnya apa yang telah dilakukan oleh Oxfam di Indonesia dalam konteks Proyek SIGI yang bekerja dengan Private sector, ataupun pihak lainnya yang memiliki kapasitas untuk terlibat aktif dalam kesiapsiagaan terutama dalam konteks urban.  Masih sedikitnya pengalaman bekerja di wilayah urban dikarenakan pandangan tentang mudahnya akses dan banyaknya pihak yang ada di Urban perlu untuk diperbaiki terutama dalam memperbaiki mekanisme kesiapsiagaan untuk mempercepat response dengan biaya yang effective dan efisien.

Berdasarkan pengalaman tersebut Oxfam mencoba mendukung peran pemerintah dan inisiatif local untuk memperluas kerjasama dengan Sektor Swasta untuk kesiapasiagaan dan respon bencana di wilayah perkotaan, dan mencoba memberikan model innovative yang bermanfaat dari inisiatif pertumbuhan Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan oleh berbagai sektor swasta untuk kolaborasi yang lebih baik dalam intervensi kemanusiaan.  Tidak ada lembaga usaha yang menginginkan terjadinya gangguan kesinambungan rantai produksi barang dan jasa serta rantai pemasarannya.  Pada kenyataannya berbagai ancaman bencana masih cukup signifikan potensi terjadinya (banjir, kebakaran, konflik sosial, kegagalan teknologi) di Jakarta sebagai megapolitan maupun pusat pertumbuhan dan pembangunan Daerah Khusus Ibukota Republik Indonesia. 

Bagaimana agar lembaga usaha tersebut meningkatkan profesionalitasnya dalam mengurangi risiko bencana;  apa saja yang perlu dilakukan pada fase kesiapsiagaan dan tanggap darurat; apakah investasi perusahaan pada fase kesiap siagaan lebih efektif dan efisien dibanding pada fase emergency response dan rehab/rekon; sejauhmana Business Continuity Plan (BCP) berkontribusi positif dalam meningkatkan kapasitas lembaga usaha dalam rangka membangun Corporate Sustainibility? 

Workshop ini dilaksanakan untuk memfasilitasi kerja berjejaring dalam kesiapsiagaan dan respon terhadap bencana di daerah perkotaan yang lebih efektif dan efisien. Disamping itu juga dapat mendorong berbagi pengalaman dari sudut pandang sektor swasta, pemerintah serta organisasi berbasis masyarakat untuk menjawab berbagai tantangan tersebut diatas dan dalam upaya membangun model kolaborasi kesiapsiagaan dan response bencana di masa mendatang.

Tujuan pertemuan ini antara lain (1) memetakan peluang kesiapsiagaan di daerah perkotaan yang melibatkan LSM, Sektor Swasta dan Pemerintah, (2) memfasilitasi pembelajaran kesiapsiagaan dan kegiatan bantuan kemanusiaan dalam konteks daerah perkotaan yang melibatkan LSM, Sektor Swasta dan Pemerintah, (3) mensinergikan sumberdaya pelaku penanggulangan bencana dan sektor lain yang terkait dalam mencapai agenda bersama mengurangi risiko bencana di Provinsi DKI Jakarta, (4) mendapatkan rekomendasi tentang model komunikasi dan rencana aksi PRB-API selanjutnya

Hasil yang ingin dicapai meliputi (1) adanya dokumentasi pembelajaran tentang kerja kesiapsiagaan dan emergensi response yang telah dilakukan untuk di wilayah perkotaan, (2) adanya rekomendasi dan peta kegiatan serta perencanaan yang melibatkan LSM, Sektor Swasta dan Pemerintah dalam kesiapsiagaan yang mempromosikan sistem yang akan diadopsi oleh pemerintah dan sektor swasta, (3) masukan dan rekomendasi untuk model komunikasi dan rencana aksi PRB-API selanjutnya dengan pemerintah, sektor swasta  dan CBO/CSO untuk rencana kesiapsiagaan yang inovatif untuk konteks perkotaan.


oleh : ratman
foto : tim Forum PRB API DKI Jkt