Jakarta, 25 September 2014 (Forum PRB-API DKI Jakarta) -- Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
dan Adaptasi Perubahan Iklim (API) merupakan upaya menyatukan keduanya
sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan
muncul lebih dikarenakan isu atau disiplin keilmuan yang membidangi
keduanya. PRB maupun API menempatkan manusia mampu mengurangi risiko
yang diakibatkan oleh ancaman bencana maupun dampak buruk perubahan
iklim.
Saat ini pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang merumuskan pendekatan dan strategi
pengurangan risiko bencana yang diakibatkan oleh iklim
(hidrometeorologis). Bersama Kementerian dan lembaga terkait khususnya
yang membidangi isu adaptasi perubahan iklim, harmonisasi kebijakan,
konsep dan metodologi menjadi prioritas kegiatan untuk mendukung
implementasi di tingkat lapangan. Bekerja sama dengan Dewan Nasional
Perubahan Iklim (DNPI) dapat diperoleh pemahaman dan kemampuan dalam PRB
dan API.
Workshop dan pelatihan ini diperlukan bagi anggota
forum agar terbentuk landasan berpikir dan kekuatan untuk
mengintegrasikan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan
maupun mendorong perubahan perilaku warga. Dewan Nasional Peruahan Iklim
(DNPI) sejak 5 tahun terakhir telah mewacanakan dan menggiatkan
upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran isu adaptasi
perubahan iklim (API) sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko
bencana (PRB).
Dasar pemikiran kegiatan ini adalah bahwa
sinergisitas antara PRB dan API akan meningkatkan kesadaran dan
pemahaman serta mendorong dialog, pertukaran informasi dan kerja sama
dengan para ahli dan praktisi, institusi penanggung jawab, pembuat
kebijakan, lembaga lainnya yang peduli terhadap kebencanaan, khususnya
yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
DKI Jakarta memiliki
risiko ancaman bencana banjir, kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi
ancaman yang ada. Sebagai tempat pertemuan 13 sungai dan curah hujan
yang tinggi, kondisi ini memposisikan wilayah kerawanan yang tinggi
terhadap banjir. Tercatat sejak tahun 1621, 1654 dan 1918 pernah
terjadi banjir besar di Jakarta. Selanjutnya terjadi pada tahun 1976,
1996, 2002 dan satu yang menjadi tragedy nasional dan mendapat perhatian
dunia yaitu banjir tahun 2007 dan 2013, karena wilayah genangannya
lebih luas dari sebelumnya dan diperkirakan kerugiannya mencapai Rp. 7,8
trilyun.
Dampak perubahan iklim yang saat ini ada secara
signifikan juga mempengaruhi tingkat risiko bencana. Hasil kajian
EEPSEA menyebutkan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang paling rentan
terhadap perubahan iklim. Dari 530 kota di 7 negara (Indonesia,
Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia dan Filipina), Indonesia
merupakan Negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan
narasumber Jonathan Victor Rembeth, Yon Sugiarto, Ferdhinand, Imron dan
Ari Muhammad. Workshop yang diadakan 23 September 2014 di Hotel Sari Pan
Pasifik akan dibuka oleh Basuki Tjahaya Purnama.
Hasil akhir
yang diharapkan dari kegiatan workshop dan pelatihan adalah; 1.
Pemahaman mengenai kerentanan Provinsi DKI Jakarta, adaptasi perubahan
iklim khususnya pengertian mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, esensi
integrasi API dan PRB, Climate Regime dalam pembangunan serta adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan serta peran
serta media massa dalam rangka mengintegrasikan API-PRB. 2, Mengetahui
bentuk dan cara penggunaan informasi kerentanan perubahan iklim kepada
anggota Forum PRB-API Provinsi DKI Jakarta. 3. adanya rekomendasi
rencana strategis Forum PRB-API DKI untuk integrasi API-PRB. 4,
Terbangunnya tim building Forum PRB-API yang tanggap, tangkas dan
tangguh.
Forum PRB-API DKI sendiri baru dikukuhkan pada tanggal 8
Mei 2014 ini, menjadi sinyal positif keberpihakan dan dukungan
pemerintah terhadap persoalan pengurangan risiko bencana serta dampak
dan ancaman perubahan iklim. Dengan 60 orang anggota yang merupakan
gabungan dari lembaga pemerintah, NGO dan swasta. Sementara visinya
adalah “Terwujudnya ketangguhan masyarakat DKI Jakarta dalam menghadapi
risiko bencana dan dampak perubahan iklim” Sebagai catatan penting,
Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki permasalahan
dan potensi bencana yang beragam.
Data BPBD DKI Jakarta ada 9
jenis ancaman bencana di Jakarta, diantaranya gempa bumi, banjir (luapan
sungai dan pasang laut), kebakaran, wabah penyakit, puting beliung,
konflik social antar kelompok, pencemaran lingkungan, cuaca ektrim dan
kegagalan teknologi. Sementara 40% wilayah DKI Jakarta permukaan
tanahnya dibawah permukaan air laut dan tingkat penurunan tanah
5-26cm/tahun. Selain itu, DKI Jakarta menjadi tempat pertemuan 13 sungai
dengan curah hujan yang tinggi.(GR)
---------------------------
Catatan : (telah dimuat ) di :
www.antaranews.com
www.parahyangan-post.com
www.indoleader.com
www.pjminews.com
(ratman/prbapidki)
Forum Pengurangan Risiko Bencana dan Adapatasi Perubahan Iklim DKI Jakarta
ALAMAT :
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar