Rekan-rekan dari Menwa Jayakarta
Peserta workshop serius mengerjakan tugas
Tetap Semangat..
Forum Pengurangan Risiko Bencana dan Adapatasi Perubahan Iklim DKI Jakarta
ALAMAT :
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Senin, 29 September 2014
FOTO-FOTO KEGIATAN DI CITARIK,SUKABUMI
Ketua Forum PRB API DKI Jakarta sedang memberikan paparan dalam workshop perubahan iklim yang diadakan di Citarik-Sukabumi, Rabu, (24/09)
Ibu Yuni dari Global Rescue Network (GRN) sedang memberikan paparan seputar penggunaan perahu karet pada arus liar.
Bang Ardie, dari DNPI, tidak mau kalah, ambil bagian memberikan arahan kepada para peserta work shop.
Ibu Yuni dari Global Rescue Network (GRN) sedang memberikan paparan seputar penggunaan perahu karet pada arus liar.
Bang Ardie, dari DNPI, tidak mau kalah, ambil bagian memberikan arahan kepada para peserta work shop.
FOTO-FOTO KEGIATAN KERJASAMA FORUM PRB-API DKI JAKARTA & DNPI
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Bambang Musyawardana, saat membuka kegiatan
yang diadakan atas dukungan dan kerjasama Forum Pengurangan Resiko Bencana dan Adapatasi Perubahan Iklim (PRB-API) DKI Jakarta dengan Dewan nasional Perubahan Iklim (DNPI), workshop dan pelatihan bagi anggota forum agar terbentuk landasan berpikir dan kekuatan untuk mengintegrasikan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan maupun mendorong perubahan perilaku warga, terkait isu-isu perubahan iklim, yang diadakan di Hotal Sari Pan Pasific, Selasa (22/09/2014).
Viktor Rembet, salah satu narasumber pada acara workshop tersebut sedang memaparkan berbagai hal terkait isu-isu perubahan iklim.
Arie Muhammad, dari DNPI sedang memberikan kata sambutan terkait kegiatan Forum PRB API DKI Jakarta dan DNPI.
yang diadakan atas dukungan dan kerjasama Forum Pengurangan Resiko Bencana dan Adapatasi Perubahan Iklim (PRB-API) DKI Jakarta dengan Dewan nasional Perubahan Iklim (DNPI), workshop dan pelatihan bagi anggota forum agar terbentuk landasan berpikir dan kekuatan untuk mengintegrasikan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan maupun mendorong perubahan perilaku warga, terkait isu-isu perubahan iklim, yang diadakan di Hotal Sari Pan Pasific, Selasa (22/09/2014).
Viktor Rembet, salah satu narasumber pada acara workshop tersebut sedang memaparkan berbagai hal terkait isu-isu perubahan iklim.
Arie Muhammad, dari DNPI sedang memberikan kata sambutan terkait kegiatan Forum PRB API DKI Jakarta dan DNPI.
Kerjasama Forum PRB-API DKI dan Dewan Nasional Perubahan Iklim dalam Peningkatan Kapasitas para Pemangku Kepentingan Forum
Jakarta, 25 September 2014 (Forum PRB-API DKI Jakarta) -- Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
dan Adaptasi Perubahan Iklim (API) merupakan upaya menyatukan keduanya
sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan
muncul lebih dikarenakan isu atau disiplin keilmuan yang membidangi
keduanya. PRB maupun API menempatkan manusia mampu mengurangi risiko
yang diakibatkan oleh ancaman bencana maupun dampak buruk perubahan
iklim.
Saat ini pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang merumuskan pendekatan dan strategi pengurangan risiko bencana yang diakibatkan oleh iklim (hidrometeorologis). Bersama Kementerian dan lembaga terkait khususnya yang membidangi isu adaptasi perubahan iklim, harmonisasi kebijakan, konsep dan metodologi menjadi prioritas kegiatan untuk mendukung implementasi di tingkat lapangan. Bekerja sama dengan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dapat diperoleh pemahaman dan kemampuan dalam PRB dan API.
Workshop dan pelatihan ini diperlukan bagi anggota forum agar terbentuk landasan berpikir dan kekuatan untuk mengintegrasikan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan maupun mendorong perubahan perilaku warga. Dewan Nasional Peruahan Iklim (DNPI) sejak 5 tahun terakhir telah mewacanakan dan menggiatkan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran isu adaptasi perubahan iklim (API) sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana (PRB).
Dasar pemikiran kegiatan ini adalah bahwa sinergisitas antara PRB dan API akan meningkatkan kesadaran dan pemahaman serta mendorong dialog, pertukaran informasi dan kerja sama dengan para ahli dan praktisi, institusi penanggung jawab, pembuat kebijakan, lembaga lainnya yang peduli terhadap kebencanaan, khususnya yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
DKI Jakarta memiliki risiko ancaman bencana banjir, kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi ancaman yang ada. Sebagai tempat pertemuan 13 sungai dan curah hujan yang tinggi, kondisi ini memposisikan wilayah kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Tercatat sejak tahun 1621, 1654 dan 1918 pernah terjadi banjir besar di Jakarta. Selanjutnya terjadi pada tahun 1976, 1996, 2002 dan satu yang menjadi tragedy nasional dan mendapat perhatian dunia yaitu banjir tahun 2007 dan 2013, karena wilayah genangannya lebih luas dari sebelumnya dan diperkirakan kerugiannya mencapai Rp. 7,8 trilyun.
Dampak perubahan iklim yang saat ini ada secara signifikan juga mempengaruhi tingkat risiko bencana. Hasil kajian EEPSEA menyebutkan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Dari 530 kota di 7 negara (Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia dan Filipina), Indonesia merupakan Negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan narasumber Jonathan Victor Rembeth, Yon Sugiarto, Ferdhinand, Imron dan Ari Muhammad. Workshop yang diadakan 23 September 2014 di Hotel Sari Pan Pasifik akan dibuka oleh Basuki Tjahaya Purnama.
Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan workshop dan pelatihan adalah; 1. Pemahaman mengenai kerentanan Provinsi DKI Jakarta, adaptasi perubahan iklim khususnya pengertian mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, esensi integrasi API dan PRB, Climate Regime dalam pembangunan serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan serta peran serta media massa dalam rangka mengintegrasikan API-PRB. 2, Mengetahui bentuk dan cara penggunaan informasi kerentanan perubahan iklim kepada anggota Forum PRB-API Provinsi DKI Jakarta. 3. adanya rekomendasi rencana strategis Forum PRB-API DKI untuk integrasi API-PRB. 4, Terbangunnya tim building Forum PRB-API yang tanggap, tangkas dan tangguh.
Forum PRB-API DKI sendiri baru dikukuhkan pada tanggal 8 Mei 2014 ini, menjadi sinyal positif keberpihakan dan dukungan pemerintah terhadap persoalan pengurangan risiko bencana serta dampak dan ancaman perubahan iklim. Dengan 60 orang anggota yang merupakan gabungan dari lembaga pemerintah, NGO dan swasta. Sementara visinya adalah “Terwujudnya ketangguhan masyarakat DKI Jakarta dalam menghadapi risiko bencana dan dampak perubahan iklim” Sebagai catatan penting, Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki permasalahan dan potensi bencana yang beragam.
Data BPBD DKI Jakarta ada 9 jenis ancaman bencana di Jakarta, diantaranya gempa bumi, banjir (luapan sungai dan pasang laut), kebakaran, wabah penyakit, puting beliung, konflik social antar kelompok, pencemaran lingkungan, cuaca ektrim dan kegagalan teknologi. Sementara 40% wilayah DKI Jakarta permukaan tanahnya dibawah permukaan air laut dan tingkat penurunan tanah 5-26cm/tahun. Selain itu, DKI Jakarta menjadi tempat pertemuan 13 sungai dengan curah hujan yang tinggi.(GR)
---------------------------
Catatan : (telah dimuat ) di :
www.antaranews.com
www.parahyangan-post.com
www.indoleader.com
www.pjminews.com
(ratman/prbapidki)
Saat ini pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang merumuskan pendekatan dan strategi pengurangan risiko bencana yang diakibatkan oleh iklim (hidrometeorologis). Bersama Kementerian dan lembaga terkait khususnya yang membidangi isu adaptasi perubahan iklim, harmonisasi kebijakan, konsep dan metodologi menjadi prioritas kegiatan untuk mendukung implementasi di tingkat lapangan. Bekerja sama dengan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dapat diperoleh pemahaman dan kemampuan dalam PRB dan API.
Workshop dan pelatihan ini diperlukan bagi anggota forum agar terbentuk landasan berpikir dan kekuatan untuk mengintegrasikan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan pembangunan maupun mendorong perubahan perilaku warga. Dewan Nasional Peruahan Iklim (DNPI) sejak 5 tahun terakhir telah mewacanakan dan menggiatkan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran isu adaptasi perubahan iklim (API) sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana (PRB).
Dasar pemikiran kegiatan ini adalah bahwa sinergisitas antara PRB dan API akan meningkatkan kesadaran dan pemahaman serta mendorong dialog, pertukaran informasi dan kerja sama dengan para ahli dan praktisi, institusi penanggung jawab, pembuat kebijakan, lembaga lainnya yang peduli terhadap kebencanaan, khususnya yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
DKI Jakarta memiliki risiko ancaman bencana banjir, kerentanan dan kapasitas dalam menghadapi ancaman yang ada. Sebagai tempat pertemuan 13 sungai dan curah hujan yang tinggi, kondisi ini memposisikan wilayah kerawanan yang tinggi terhadap banjir. Tercatat sejak tahun 1621, 1654 dan 1918 pernah terjadi banjir besar di Jakarta. Selanjutnya terjadi pada tahun 1976, 1996, 2002 dan satu yang menjadi tragedy nasional dan mendapat perhatian dunia yaitu banjir tahun 2007 dan 2013, karena wilayah genangannya lebih luas dari sebelumnya dan diperkirakan kerugiannya mencapai Rp. 7,8 trilyun.
Dampak perubahan iklim yang saat ini ada secara signifikan juga mempengaruhi tingkat risiko bencana. Hasil kajian EEPSEA menyebutkan bahwa DKI Jakarta merupakan daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Dari 530 kota di 7 negara (Indonesia, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia dan Filipina), Indonesia merupakan Negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Dengan narasumber Jonathan Victor Rembeth, Yon Sugiarto, Ferdhinand, Imron dan Ari Muhammad. Workshop yang diadakan 23 September 2014 di Hotel Sari Pan Pasifik akan dibuka oleh Basuki Tjahaya Purnama.
Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan workshop dan pelatihan adalah; 1. Pemahaman mengenai kerentanan Provinsi DKI Jakarta, adaptasi perubahan iklim khususnya pengertian mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, esensi integrasi API dan PRB, Climate Regime dalam pembangunan serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan serta peran serta media massa dalam rangka mengintegrasikan API-PRB. 2, Mengetahui bentuk dan cara penggunaan informasi kerentanan perubahan iklim kepada anggota Forum PRB-API Provinsi DKI Jakarta. 3. adanya rekomendasi rencana strategis Forum PRB-API DKI untuk integrasi API-PRB. 4, Terbangunnya tim building Forum PRB-API yang tanggap, tangkas dan tangguh.
Forum PRB-API DKI sendiri baru dikukuhkan pada tanggal 8 Mei 2014 ini, menjadi sinyal positif keberpihakan dan dukungan pemerintah terhadap persoalan pengurangan risiko bencana serta dampak dan ancaman perubahan iklim. Dengan 60 orang anggota yang merupakan gabungan dari lembaga pemerintah, NGO dan swasta. Sementara visinya adalah “Terwujudnya ketangguhan masyarakat DKI Jakarta dalam menghadapi risiko bencana dan dampak perubahan iklim” Sebagai catatan penting, Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki permasalahan dan potensi bencana yang beragam.
Data BPBD DKI Jakarta ada 9 jenis ancaman bencana di Jakarta, diantaranya gempa bumi, banjir (luapan sungai dan pasang laut), kebakaran, wabah penyakit, puting beliung, konflik social antar kelompok, pencemaran lingkungan, cuaca ektrim dan kegagalan teknologi. Sementara 40% wilayah DKI Jakarta permukaan tanahnya dibawah permukaan air laut dan tingkat penurunan tanah 5-26cm/tahun. Selain itu, DKI Jakarta menjadi tempat pertemuan 13 sungai dengan curah hujan yang tinggi.(GR)
---------------------------
Catatan : (telah dimuat ) di :
www.antaranews.com
www.parahyangan-post.com
www.indoleader.com
www.pjminews.com
(ratman/prbapidki)
Jumat, 29 Agustus 2014
Keterlibatan Sektor Swasta dalam Manajemen Pengurangan Resiko Bencana
FORUM PRB API DKI (Selasa,26-08-2014) ; Indonesia Business Link bekerjasama dengan Radio Smart FM, mengadakan talk show terkait dengan CSR Wisdom. Sebagai narasumber dalam talk show tersebut, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, Bambang Musyawradana, Ketua Forum PRB API DKI, Anton Agus Haryanta, Faizal Jalal dari MPBI, acara di pandu/moderatori oleh Yanti
Triwadiantini, Direktur Eksekutif Indonesia Business Links, dan host ; Willy Daniel dari Smart FM.
adalah cara/strategi berbisnis yang tidak semata mengedepankan keuntungan ekonomi
(profit) semata, namun memastikan keberlanjutan pertumbuhan bisnis
dengan menyeimbangkan peran perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat (people)
dan perlindungan lingkungan hidup (planet) didasari pada prinsip bisnis
yang beretika.
Kelangkaan pembahasan mengenai praktik CSR, membuat tiga pihak utama yang
berkepentingan terhadap praktek CSR yaitu swasta, pemerintah dan masyarakat
masih memiliki pemahaman yang beragam. Maka dari itu, pembahasan di dalam
acara CSR Wisdom merupakan upaya meningkatkan pemahaman publik akan CSR,
terutama kepada generasi muda untuk memiliki pemahaman yang mendalam akan besar
dan kompleksnya makna CSR tersebut.
Program CSR Wisdom, diprakarsai oleh
Indonesia Business Links (IBL) dan SmartFM, telah mengudara setiap hari rabu sejak
tanggal 16 maret 2011, dengan menghadirkan narasumber dari pihak pelaku CSR
(perusahaan), ahli-ahli CSR atau bidang terkait, dan pemuda/pemudi tokoh yg
memiliki komitmen dan capaian-capaian luar biasa utk kesejahteraan masyarakat
dan lingkungan hidup.
Definisi CSR menurut World
Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari
bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Wacana Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang kini menjadi isu
sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi yang terhormat.
Karena kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait kian merespon wacana ini,
tidak sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaatnya.
Bencana adalah
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, disebabkan oleh faktor
alam maupun manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa dan harta
benda. Selama ini tindakan usaha penanggulangan bencana dilakukan oleh
Pemerintah untuk resiko bencana belum optimal. Akibatnya pada saat terjadi
bencana, masyarakat belum mampu untuk menangani sendiri. Kenyataan ini
dikarenakan masyarakat daerah rawan bencana tidak mempunyai bekal pengetahuan
terhadap penanganan bencana.
Indonesia adalah
Negara yang akrab dengan kejadian-kejadian bencana. Tahun 2011 yang lalu, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1.545 kejadian bencana, 940
meninggal, 294.125 orang yang terkena dan mengungsi, 14.925 rumah rusak besar,
3.300 rumah rusak sedang, 36.676 rusak ringan, 153.598 rumah terendam, 114
sarana kesehatan rusak, 445 sarana ibadah rusak, dan 513 sarana pendidikan.
Banjir terjadi 414 kali, 172 orang meninggal, 249.067 orang mengungsi, merusak
35.136 rumah, 55% dari total rumah yang rusak akibat bencana, merusak 46 sarana
kesehatan, 180 sarana peribadatan rusak, dan 260 sarana pendidikan rusak.
Setelah adanya UU no. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ada banyak
kemajuan dalam penganggulangan bencana yang terjadi, mulai dari pembentukan
badan penanggulangan bencana yang permanen, adanya program-program, dan alokasi
anggaran yang berarti untuk penanggulangan bencana pra-saat dan pasca bencana.
Penanggulangan
bencana bukan hanya tanggung jawab Pemerintah saja, tetapi semua lapisan
masyarakat dapat ikut berperan dalam mengurangi resiko bencana ini, tidak
terkecuali sektor swasta. Keterlibatan sektor swasta dalam pengurangan resiko
bencana dapat diidentifikasi terutama pada saat tanggap darurat. Beberapa
perusahaan secara sadar menggalang upaya kesetiakawanan sosial untuk mengurangi
penderitaan para penyintas bencana yang kerap terjadi di Indonesia melalui
program CSR perusahaan mereka.
Sekilas Tentang Indonesia Business Links (IBL) :
Indonesia
Business Links (IBL) adalah lembaga nirlaba yang selama 10 tahun terakhir
menggalakkan CSR di kalangan swasta di Indonesia, serta telah menjadi pusat
kajian dan nara sumber tentang CSR di Indonesia. IBL didukung oleh lebih dari
55 mitra utama korporasi dan mitra2 organisasi nasional dan internasional,
sekaligus merupakan salah satu pendiri ASEAN CSR Network. Di tahun 2005,
menerima penghargaan international dari AIM RVR Centre for CSR – Philippines
sbg pencetus dan penggalang CSR.
-------------------------------------------
(anton/rat/forum prb api dki)
foto : tim BPBD DKI JKT
foto : tim BPBD DKI JKT
Kamis, 14 Agustus 2014
Siaga Banjir Jakarta, Mat Peci Susur dan Bebersih Ciliwung
Forum PRB API DKI -- Banjir bukan lagi menjadi bencana rutinitas 5 tahunan yang melanda
Jakarta. Tak peduli musim, baik kemarau ataupun penghujan. Banjir kerap
melanda Ibukota setiap kali hujan deras turun.
Banyak faktor yang
menyebabkan banjir lagi-lagi terjadi, misalnya karena buruknya drainase
atau sampah yang menumpuk di sungai atau saluran pembuangan yang dapat
mengakibatkan meningkat-nya volume air sehingga ketika hujan datang, air
hujan tidak mampu ditampung lagi.
Menyadari peran penting dari
drainase dan kali sebagai salah satu saluran pembuangan, pada Rabu
(13/08) Tim Rescue PKPU bersama PRB-API, Komunitas Matpeci dan Kwartir
Nasional (Kwarnas) melakukan aksi susur dan bersih Sungai Ciliwung.
Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 50 anggota komunitas Masyarakat
Peduli Ciliwung (Mat PeCi) yang tergabung dengan PRB API tim rescue PKPU
Pusat ini dalam rangka siaga banjir Jakarta.
Selain membersihkan
sampah yang terdapat disepnjang kali Ciliwung, juga diadakan penyuluhan
kepada masyarakat sekitar Ciliwung tentang pentingnya kebersihan dan
mengajak mereka untuk peduli sungai Ciliwung dengan tidak membuang
sampah ke sungai.
sumber berita : (forum prb api dki/pkpu/sbb/dakwatuna/http://statis.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2014/08/pkpu-susur-ciliwung-320x180.jpg)
(ratman/prbapidki)
Jumat, 27 Juni 2014
Kemenporan Gelar Kemah Pemuda Relawan Indonesia
JAKARTA, Forum PRB API DKI ; Sebanyak 72 relawan dari 34
provinsi ikut ambil bagian dalam pelaksanaan Kemah Relawan yang digelar Asisten
Deputi (Asdep) Kepeloporan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda di Bumi Perkemahan
Cibubur, 23-26 Juni 2014.
Dalam arahannya pada upacara pembukaan, Asdep
Kepeloporan Bandingan Daulay yang mewakili Deputi Bidang Pengembangan Pemuda,
Sakhyan Asmara menyatakan, Kemah Relawan yang baru pertama kalinya
dilaksanakan bertujuan sebagai wadah berhimpun relawan muda dari seluruh
Indonesia. "Kemah Relawan ini akan ditindaklanjuti dengan pembentukan
forum relawan Indonesia yang juga akan dibentuk di setiap provinsi dengan
tujuan untuk lebih menyatukan relawan dari seluruh Indonesia yang memang
secara suka rela bekerja tanpa pamrih," kata Daulay.
"Satu hal yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan Kemah Relawan adalah dalam rangka meningkatkan jatidiri relawan.
Sebab rentetan bencana yang terus meningkat dalam negeri membuat para pemuda
harus sanggup menjadi pelopor dalam menjadi relawan," sambung Daulay
sembari meminta agar
usai pelaksanaan kemah agar semua peserta bisa terus
menjalankan aktivitasnya sebagai relawan. Apalagi setelah terbentuknya forum
pemuda relawan.
Hadir pula Kabid Kepedulian, Fauziah Heliyanti,
serta Kabid Kesukarelawan Safril yang sekaligus sebagai ketua panitia
pelaksana, serta sejumlah Kasubid di lingkungan Asdep Kepeloporan.
Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan Pemuda
Sakhyan Asmara pada Kamis (26/6) pagi menutup Kemah Pemuda Relawan Indonesia
2014
di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur, Jakarta Timur. Dalam
sambutannya Sakhyan menyatakan senang dan bangga atas terlasananya
Kemah Pemuda Relawan dengan baik dan lancar.
"Kita sangat membutuhkan tenaga sukarelawan dari
unsur pemuda. Karena itu terima kasih atas kesediaan Anda semuanya untuk hadir
dalam Kemah Pemuda Relawan ini. Tentunya kita harapkan Anda semuanya
menjadi pelopor di wilayah masing-masing. Pemuda relawan hendaknya menjadi
sabuk kelapa di atas air. Tenggelam dan kembali mengapung, bukan seperti batu
yang
tenggelam hingga ke dasar sungai tanpa bisa kembali mengapung," kata
Sakhyan.
Para nara sumber yang memberikan materi
pelatihan para praktisi relawan dan dari media, Mercy Rescue, Forum PRB
API DKI Jakarta, Dewan Juri SCTV Award dan dari Komunitas Masyarakat Pecinta
Kali Ciliwung (Mat Peci), Global Rescue Network, Direktur Relawan Australia
untuk Indonesia. Dan tim medis Kemenpora yang dipimpin langsung dr Rora Asyulia
dengan satu unit mobil ambulance, yang terus mengikuti seluruh kegiatan Kemah
Pemuda
Relawan.
Dalam rangkaian kegiatan Kemah Pemuda Relawan
Indonesia, juga diadakan kegiatan lapangan, mengarungi Sungai Ciliwung,
sekaligus membersihkan sampah, pelatihan pengolahan limbah sampah, menjadi
kompos dan barang-barang kerajinan, di Saung Mat Peci.
Terbentuk PRI
Pada hari
terkahir kegiatan Kemah Pemuda Relawan Indonesia (Kamis,26/06), peserta sepakat
membentuk wadah/organisasi yang diberi
nama Pemuda Relawan Indonesia disingkat PRI. Kriteria untuk Pengurus Pusat Pemuda
Relawan Indonesia (PRI), berusia 20 – 27 tahun, pendidikan minilam SLTA atau
sederajat, berpengalaman dalam berorganisasi.
Hasil
musyawarah dibentuk Tim Formatur untuk Dewan Pimpinan Pusat, sebagai berikut :
Penasehat :
Menteri
Pemuda dan Olahraga RI
Sekretaris
Menpora
Deputi
Pengembangan Pemuda
Asisten
Deputi Kepeloporan
Kepala
Bidang Kesukarelawanan Pemuda
Pengarah :
Suhardi
Suryadi
Dindin
Sjafrudin, SAP
Usman
Firdaus, S.Kom
Anton Agus
Haryanta, SE
Pengurus :
Ketua Umum :
Komarudin, S.Pd
Wakil Ketua
Umum : Zamzami, S.Sos
Sekretaris
Jendral : Siti Ridha Pratiwi, Amd.Ked
Wakil Sekjen
: Sinta Dewinta
Bendahara
Umum : Nina Nurmilah, S.Th.I
Departemen
Komunikasi & Informasi : Ivan Sulaeman, Amd,Ak
Departemen
Penelitian dan Pengembangan : Binar Bintang Putra Ananta
Departemen
Kerjasama antar Lembaga : Rizky Firman Nugraha
Departemen
Penanggulangan Bencana : Suryadi Haidir
Departemen
Lingkungan Hidup : Chalid, SP
Memberikan
mandat kepada pengurus harian untuk melengkapi kepengurusan lainya,
sekurang-kurangnya 14 hari sejak ditetapkan. Hal-hal lain yang belum ditetapkan
dalam keputusan ini akan ditetapkan dalam rapat pengurus harian.
---------------------------------------------------------------------
Tim Peliput
: ratman/iin yusnita (F-PRB API DKI JKT)
data sumber tulisan
tambahan : Kemenpora
Foto :
ratman
(ratman/prbapidki)
(ratman/prbapidki)
Minggu, 22 Juni 2014
Membangun Ketangguhan Lembaga Usaha Dalam Kerangka Corporate Sustainibility
Aspem Prov DKI Jakarta Pada Saat Membuka Lokakarya (foto/rat) |
Lokakarya tersebut diikuti oleh sejumlah kalangan lembaga pengusaha, perwakilan dari masing-masing SKPD Provinsi DKI Jakarta, TNI, Polri dan organisasi/komunitas serta aktivis kemanusiaan dan kebencanaan yang selam aini konsen pada kegiatan pengurangan reisiko bencana.
Dalam arah sambutannya, Asisten Pemerintah Setda Provinsi DKI Jakarta, mengaskan pentingnya lokakarya ini, untuk dapat menggali potensi-potensi yang ada di kalangan lembaga usaha. Sementara itu, Sekretaris BPBD Prov. DKI Jakarta, Marni Tunnip, mewakili Kepala Pelaksana, mendampingi Assisten Pemerintahan, membuka lokakarya tersebut.
Undang Undang No 24 Tahun 2007 mengenai Penanggulangan Bencana mengamanatkan adanya paradigma baru dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Salah satunya adalah menekankan bahwa penanggulangan bencana pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua orang, setiap warga negara, dimana kewajiban masyarakat adalah berpartisipasi aktif untuk mengurangi risikonya bersama-sama dengan pemerintah dan dunia usaha. Pada kenyataannya sudah cukup banyak pelaku penanggulangan bencana di DKI Jakarta, baik di tingkat pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat yang telah melakukan kerja-kerja kongkrit Penanggulangan Bencana. Upaya tersebut perlu terus didorong dan dikembangkan agar tercapai hasil optimal yang mengarah pada berkurangnya risiko bencana.
Oxfam Indonesia telah bekerja pada pengembangan kapasitas kemanusiaan melalui PRIME (Kesiapsiagaan, Respon, Pengaruh kebijakan, Model untuk Darurat) inisiatif yang kemudian menjadi dasar dari intervensi kemanusiaan saat ini untuk kesiapsiagaan dan tanggap darurat, serta membangun tangguh masyarakat.
Bagaimana agar lembaga usaha tersebut meningkatkan profesionalitasnya dalam mengurangi risiko bencana; apa saja yang perlu dilakukan pada fase kesiapsiagaan dan tanggap darurat; apakah investasi perusahaan pada fase kesiap siagaan lebih efektif dan efisien dibanding pada fase emergency response dan rehab/rekon; sejauhmana Business Continuity Plan (BCP) berkontribusi positif dalam meningkatkan kapasitas lembaga usaha dalam rangka membangun Corporate Sustainibility?
Workshop ini dilaksanakan untuk memfasilitasi kerja berjejaring dalam kesiapsiagaan dan respon terhadap bencana di daerah perkotaan yang lebih efektif dan efisien. Disamping itu juga dapat mendorong berbagi pengalaman dari sudut pandang sektor swasta, pemerintah serta organisasi berbasis masyarakat untuk menjawab berbagai tantangan tersebut diatas dan dalam upaya membangun model kolaborasi kesiapsiagaan dan response bencana di masa mendatang.
Tujuan pertemuan ini antara lain (1) memetakan
peluang kesiapsiagaan di daerah perkotaan yang melibatkan LSM, Sektor Swasta
dan Pemerintah, (2) memfasilitasi pembelajaran kesiapsiagaan dan kegiatan
bantuan kemanusiaan dalam konteks daerah perkotaan yang melibatkan LSM, Sektor
Swasta dan Pemerintah, (3) mensinergikan sumberdaya pelaku penanggulangan bencana dan sektor lain
yang terkait dalam mencapai agenda bersama
mengurangi risiko bencana di Provinsi DKI Jakarta, (4) mendapatkan rekomendasi tentang model komunikasi dan rencana aksi PRB-API selanjutnya
Hasil yang ingin dicapai meliputi (1) adanya dokumentasi pembelajaran tentang kerja kesiapsiagaan dan
emergensi response yang telah dilakukan untuk di wilayah perkotaan, (2) adanya rekomendasi dan peta kegiatan serta
perencanaan yang melibatkan LSM, Sektor Swasta dan Pemerintah dalam kesiapsiagaan
yang mempromosikan sistem yang akan diadopsi oleh pemerintah dan sektor swasta,
(3) masukan dan rekomendasi untuk model komunikasi dan rencana aksi PRB-API
selanjutnya dengan pemerintah, sektor swasta
dan CBO/CSO untuk rencana kesiapsiagaan yang inovatif untuk konteks perkotaan.
oleh : ratman
foto : tim Forum PRB API DKI Jkt
Langganan:
Postingan (Atom)