ALAMAT :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com
, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Minggu, 15 Maret 2015

Jakarta,Salah Satu Kota Besar di Dunia yang Terancam Akan Tenggelam

MENCAIRNYA - Es di kutub utara akibat pemanasan global makin lama makin memprihatinkan. Tiap tahunnya, permukaan air laut naik 1- 3 mm. Bila tidak segera diantisipasi, naiknya permukaan air laut tentu berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia yang tinggal di permukaan bumi. Yang lebih berbahayanya, beberapa kota besar di dunia ternyata terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, pondasi yang rapuh, maupun penyedotan air tanah.

Fenomena alam yang kian tak menentu sering dijadikan alasan berbagai pihak terkait untuk menjelaskan perihal banjir yang kian akrab dengan ibukota, Jakarta, mereka akan menyebut ‘banjir kiriman dari Bogor.’

Padahal kalau kita mau sedikit lebih jujur, banjir yang kerap melanda ibukota adalah dikarenakan oleh kesemrawutan tata kota yang dimiliki Jakarta. Dengan mudahnya gedung-gedung besar dapat berdiri tanpa memperhatikan aspek-aspek yang terkait seperti dampak negaitfnya pada kondisi alam.

Hamparan hutan beton yang terus meluas endominasi setiap sudut kota. Ruang-ruang hijau yang seharusnya menjadi benteng keseimbangan disulap menjadi pusat perbelanjaan atau perkantoran megah. Padahal alih fungsi kawasan tangkapan atau resapan air tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekologis akan berakibat fatal.

Tengoklah wilayah Jakarta sebelah Utara, bila semua daerah ini dirimbuni oleh tanaman Bakau yang berfungsi sebagai garda terdepan pertahanan dari terjangan ROB, maka pemandangan itu tak akan lagi bisa kita jumpai. Dinding-dinding terjal yang dingin dan angkuh dari perumahan mewah telah menggantikannya. Tak heran ketika terjadi air lau mengalami pasang, maka dengan segera sudut-sudut wilayah tersebut akan terendam air, belum lagi jika ditambah guyuran hujan yang cukup lebat.

Dari data yang dikemukakan oleh Dinas Pengembangan DKI Jakarta, pada periode tahun 1982 hingga 1997 telah terjadi ambles tanah di kawasan pusat jakarta mencapai 60 cm hingga 80 cm. Namun karena amblesan itu merata jadi seolah tidak terasa.

Selain habisnya persediaan air tanah, dengan semakin banyaknya gedung-gedung yang berdiri berarti semakin banyak pula air tanah yang tersedot dari perut bumi, makan semakin banyak rongga yang ditinggalkan. Karena sifat bumi yang tidak suka akan kekosongan maka ruang-ruang yang ditinggalkan oleh air tawar pun terisi oleh rembesan air laut.

Maka jadilah air lautyang bersemayam dibawah kaki kita dan menunggu saat naik kepermukaan. Untuk diketahui, air laut membuat tanah menjadi lunak. Dan tanah yang lunak bukanlah tumpuan yang sempurnya untuk bangunan-bangunan dengan beban berat seperti yang ada di Jakarta. Hasilnya, permukaan tanah pun akan terus mengalami penurunan, dan kota Jakarta akan semakin ambles karena tak kuat menahan beban diluar kemampuanya.

Kasus amblesnya sebagia ruas di Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, beberapa waktu lalu yang sempat ramai diberitakan oleh media massa, adalah salah satu indikasi yang patut dicermati.

Sementara itu menurut DR Armi Susandi, MT, seorang ahli yang juga pengajar di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), sebagaimana dilansir Leadership Park.com,  bahwa mungkin saja Jakarta akan tenggelam karena mengingat kondisi Jakarta yang berada lebih rendah bila dibandingkan dengan permukaan air laut.

“Tanpa aturan yang benar, wilayah Jakarta akan segera tenggelam,” katanya. Pernyataan itu semakin diperkuat oleh keterangan yang disampaikan oleh Tim dari kelompok keilmuan Geodasi Institut Teknologi Bandung (ITB) yang melakukan kajian subsidensi permukaan tanah di 23 titik di sekitar Jakarta. Mereka menyimpulkan bahwa penurunan permukaan tanah bervariasi, 2 cm hingga lebih dari 12 cm selama 10 tahun sejak 1997 hingga 2007.

Disisi lain, pada sebuah kesempatan Guru Besar Oceanograf Institut Teknologi bandung (ITB), Prof. Safwan Hadi juga menjelaskan bahwa akibat ketidak tegasan pemerintah dalam membatasi pembangunan dan pengambilan air tanah ini diberbagai daerah Ibukota, utamanya yang dekat dengan laut, benar-benar terancam tenggelam.

Sudhamenjadi rahasia umum bahwa banjir yang kini rutin menyambangi Ibukota bukan mutlak akibat fenomena alam yang tak kunjung pasti. Namun lebih dikarenakan faktor manusianya.

Selain Jakarta, berikut  kota – kota besar di dunia yang juga terancam tenggelam, sebagai berikut :


Jakarta, Indonesia

Selain letak geografis yang berada di bawah permukaan air laut, kebutuhan akan air tanah yang tinggi ditengarai menjadi salah satu penyebab tenggelamnya daratan Jakarta. Populasi penduduk yang terus meningkat menjadi alasan utama kebutuhan akan air tanah. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, diperkirakan jumlah penduduk di Ibukota meningkat hingga 40 juta jiwa.

Pakar hidrologi asal Belanda, JanJaap Brinkman menjelaskan jika proses penyedotan air tanah  terus-menerus dilakukan, di penghujung abad ke-21, Jakarta akan tenggelam sedalam lima hingga enam meter. Tinggal menunggu waktu Jakarta akan tenggelam di bawah air laut sebagaimana kota Atlantis.

Kota-kota tersebut terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut dan pemanasan global. Jika kita tak mengubah cara kita memperlakukan bumi, kota-kota tersebut akan benar-benar tenggelam tanpa kita bisa berbuat apapun. Yuk, mulai peduli kepada lingkungan.


Shanghai, China

Shanghai dahulunya hanyalah sebuah tempat yang dikelilingi rawa. Kebutuhan akan tempat tinggal dan jumlah penduduk yang membengkak membuat bangunan pencakar langit makin banyak di daerah  tersebut. Tak heran, tiap tahunnya permukaan tanah di Shanghai turun setengah inchi. Berdasarkan data PBS, permukaan tanah di Shanghai turun sekitar 2,4 meter dalam rentang waktu tahun 1921 hingga 1965. Para ahli memperkirakan, tanah di Shanghai tak mampu lagi menahan beban berat bangunan di atasnya. Diprediksi suatu saat Shanghai akan tenggelam apabila Sungai Yangze meluap.


Ho Chi Minh City (Saigon), Vietnam

Salah satu kota terpadat di Asia Tenggara ini juga terancam tenggelam. Menurunnya permukaan tanah membuat daerah ini rawan banjir. Setiap tahunnya, ketinggian banjir meninggi setinggi 2cm.

Bangkok, Thailand

Kepala Pusat Peringatan Bencana Nasional Thailand, Smith Dharmasaroja, memprediksi pada tahun 2100 Bangkok akan menjadi Atlantis kedua. Kota ini akan tenggelam disebabkan beberapa faktor, seperti: perubahan iklim akibat efek rumah kaca, naiknya permukaan air laut, erosi pantai, serta pergeseran tanah. Ditambah lagi letak kota yang rendah menyebabkan Bangkok setiap tahunnya selalu mengalami banjir.

 Mumbai, India

Tak jauh berbeda dengan Bangkok, kelompok aktivis Greenpeace memperkitakan pada tahun 2100 kota Mumbai akan tenggelam oleh air laut. Naiknya air laut hingga 5 meter menyebabkan kota ini masyarakat di kota terancam kelangsungannya.

Meksiko City, Meksiko

Kota yang satu ini tiap tahunnya tenggelam sedalam 20cm bila terjadi banjir. Letaknya yang berada di lembah ditambah sistem drainase yang buruk membuat Meksiko City terancam tenggelam. Sejak tahun 1975, kapasitas drainase kota tersebut turun 30 persen. Namun kini pemerintah sedang mengusahakan pembuatan terowongan drainase raksasa yang diklaim dapat menampung air cukup banyak.

New York, Amerika Serikat

Naiknya permukaan air laut ternyata turut mengancam kota di Amerika Serikat ini.  Posisinya yang berada di mulut sungai Hudson yang terhubung langsung ke samudera Atlantik turut menjadi pemicunya. Science Daily memprediksi, air laut kota tersebut naik dua kali lipat dibanding lautan lainnya. Tak hanya itu, erosi pantai, penurunan lapisan tanah dan perusakan lingkungan juga bisa memicu luapan air di kota yang dikenal sebagai pusat bisnis dunia tersebut.

Venesia, Italia

Akhir tahun 2012, kota ini terendam banjir parah. Fenomena ini hadir karena gabungan dari hujan lebat dan angin dari selatan. Setidaknya 70 persen daratan di kota kanal ini terendam banjir dengan kedalaman hingga mencapai 1,5 meter di atas normal. Banjir itu rupanya salah satu indikasi bahwa kawasan Venesia terus tenggelam. Christian Science Monitor bahkan mencatat, kota itu turun permukaan tanahnya sepanjang 30 cm selama 100 tahun terakhir. Meningkatnya ketinggian air di Laut Mediterania menambah besar kemungkinan kota kanal itu tenggelam.


(Disarikan dari berbagai sumber, antara lain : Liputan 6 SCTV, Leadership-Park.com, dan berbagai sumber lain. Diolah demi kepentingan penyadaran kesiapsiagaan bencana, bukan menantang bencana).


(W. Suratman, saat ini bekerja di Pusdalops BPBD DKI Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar