ALAMAT :

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sekretariat : Gedung Balaikota DKI Jakarta, Blok F Lantai 3, Jl.Medan Merdeka Selatan No.8-9, Jakarta Pusat. Telp/Fax (021) 352.1623, HP.0812 8163 3337, 0856 4540 8945, E-mail : antonagusta@gmail.com
, c/p : Anton
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Senin, 23 Maret 2015

OPTIMALISASI KETERLIBATAN SEKTOR USAHA DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DAN PEMBANGUNAN KETAHANAN

TIDAK -Hanya perusahaan-perusahaan swasta, lembaga-lembaga publik jug amengalami kerugian internal dan eksternal dari bencana. Risiki dalam bisnis meningkat ketika perusahaan berinvestasi untuk insfratsruktur value chain (rantai nilai) seperti pabrik, kantor, dan gudang di lokasi yang terkena bencana. Dalam hal ini, banyak perusahaan melaporkan bahwa kelangsungan bisnis setelah terjadinya bencana merupakan masalah serius bagi sektor swasta. Risiko perusahaan-perusahaan tersebut terhadap reseiko bencana tidak hanya berupa hilangnya aset, tetapi juga dampaknya terhadap sistem pendukung rantai pasokan dan rantai pemasaran, mulai dari distributor sampai pelanggan, pemasok, pasar dan sebagainya.

Berdasarkan pengalaman, perusahaan-perusahaan swasta telah melakukan kesiapsiagaan untuk proses internal mereka terkait dengan risiki bencana tersebut. Perusahaan yang berbeda menggunakan pendekatan yang berbeda pula untuk mengurangi risiko bencana pada bisnis mereka.

Beberapa perusahaan besar telah mengadopsi konsep keberlanjutan perusahaan dengan mengidentifikasi dan menunjukan dampak yang seharusnya dapat melihat bencana dalam bisnis jangka panjang. Namun, manajemen risiko bencana oleh sektor usaha memilili manfaat sosial-ekonomi yang lebih luas.

Scoping study ini membahas isu-isu yang relevan mengenai pengaruh keterlibatan sektor swasta dalam PRB di Indonesia. Dengan membandingkan pola yang berbeda dalam keterlibatan sektor swasta  dalam inisiatif PRB, munculah kesimpulan awal yaitu, ada kemungkinan untuk melibatkan pelaku sektor swasta secara aktif dan efektif dalam pengurangan risiko bencana dan pembangunan ketahanan.

Pneglaman pahit dari peristiwa bencana besar di masa lalu telah membuat pmerintah Indonesia menyadari bahwa penanggulangan bencana harus disusun dalam kerangka sistematik dan terintegrasi ke dalam proses pembangunan. Pelaksanaan PRB masih belum optimal, karena kurangnya kesadaran dan pemahaman akan ksiapsiagaan bencana dan kurangnya kapasitas di wilayah pasca bencana. Koordinasi dalam penanggulangan benca jauh lebih banyak dilakukan saat tanggap darudat, ada kebutuhan untuk meningkatkan koordinasi dalam manajemen risiko, sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.

Studi ini menunjukan adanya berbagai bentuk kolaborasi dalam keterlibatan sektor swasta sesuai dengan skala bisnis dan sifat bisnis di tahap penanggulangan bencana. Sektor swasta telah terlibat dalam semua tahap manajemen bencana, namun masih ada yang perlu ditingkatkan. Penelitian ini menguji, bagaimana pola yang ada bisa menciptakan praktek-preaktek terbaik dalam keterlibatan siklus manajemen bencana secara komprehensif.

Dalam kolaborasi-kolaborasi usaha dengan aktor-aktor lain, ditemukan empat kesenjangan berpengaruh besar (kebijakan, kapasitas, koordinasi, komunikasi). tantangan bagi keterlibatan ini adalah memahami bagaimana bekerja dengan keragaman kelompok,organisasi, kebijakan dan prakik yang muncul dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan sektor swasta dalam mencegah, melindungi, mengurangi, menanggapi, dan memulihkan berbagai jenis ancaman atau bahaya secara efektif. Pembelajaran yang di dapat dari lembaga lain dapat meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam PRB. hal ini juga mengidentifikasi banyak kesenjangan pada aspek tingkat kebijakan dan kapasitas. namun demikian, kebijakan dan kapasitas tersebut dipengaruhi oleh aspek komunikasi dan koordinasi. Selain itu, penyebaran informasi merupakan salah satu hal paling signifikan yang memerlukan perbaikan.

Kesejnangan kapasitas menuntut perhatian lebih atas masuknya usaha mikro dan usaha kecil menengah dalam program pengurangan risiko bencana karena UMKM (Usaha Mikro Kecil menengah) terkena dampak bencana paling besar. Kita bisa melihat bahwa perusahaan besar memiliki kapasitas lebih besar dari perusahaan mikro dan perusahaan kecil menengah. Beberapa perusahaan besar mampu membangun keamanan proses bisnis secara internal dan eksternal, tidak hanya terkait keuntungan, tetapi juga mempertimbangkan kereblangsungan manusia dan bumi. Hal ini untuk menjadi sektor swasta tangguh dan mampu untuk mendukung masyarakat menjadi tangguh.


(ratman/prbapidki)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar